Kamis, 14 Juni 2012

wawancara riwayat pengobatan


I.          DESKRIPSI KASUS
Anda sebagai lulusan UNS dituntut dapat mengembangkan apotek. Anda menerapkan perlunya membuat lembar riwayat pengobatan pasien.
X seorang mahasiswi semester IV sebuah PTN, umur 20 tahun, tinggi 160 cm dan BB 45 kg datng ke apotek Anda pagi ini. X ingin membeli obat untuk perut kembung, terasa banyak gas, dan obat flu yang tidah menyebabkan kantuk. X mengeluhkan minggu ini sering begadang untuk membuat laporan dan belajar ujian. X memang sering belajar di malam hari karena suasana kos mendukung walaupun menjadi kurang istirahat. X kurang akrab dengan teman-teman di lingkungan kosnya. X juga sedang banyak pikiran dan galau, baru saja putus dengan pacarnya sehingga tadi malam melampiaskan dengan makan tongseng kambing dan kubis di warung dekat kosnya.
X biasa minum jus jeruk untuk menjaga kesehatannya, serta minum jamu beras kencur di pagi hari dan susu di malam hari. Saat ini X juga sedang mendapatkan obat dari dokter yaitu :
R/ Amoksisilin 500 X
S3dd1 tab
R/ Alpara X
S3dd1
R/ Deksametason 0,5 X
S3dd 1 tab
Oleh X karena ada obat yang membuat  mengantuk menjadikannya sedikit malas minum obat mengingat perlu bergadang.  X tidak mempunyai riwayat alergi antibiotik. Sebulan yang lalu X pernah mendapatkan terapi asam mefenamat 500mg 3sdd 1 tab untuk sakit giginya, dan merasakan tidak nyaman di lambung sehingga menjadi kurang patuh dalam minum obat.

II.          ANALISA KASUS
Subjective
ü         Umur pasien : 20 tahun
ü         perutnya terasa kembung dan terasa penuh gas
ü         Minum jamu beras kencur di pagi hari, jus jeruk dan susu di malam hari
ü         Banyak pikiran
ü         Tidak memiliki riwayat alergi Suka makan ikan asin (4 x seminggu)
Objective
ü Tinggi 160 cm dan Berat badan 45 kg
ü Mendapatkan Resep :
R/ Amoksisilin 500 X
S3dd 1 tab
R/ Alpara X
S3dd 1 tab
R/ deksametason 0,5 X
S3dd 1 tab

Assessment
Dari data subyektif dan obyektif yang diperoleh, pasien mengalami perut kembung dan tersa banyak gas serta flu. Sebelumnya pasien pernah mendapatkan obat dari dokter yaitu
a.                          Amoksisilin 500x
Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positip dan gram negatip yang peka terhadap Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, otitis media, bronchitis akut dan kronik, pneumonia cystitis, urethris, pyelonephritis, gonorhea yang tidak terkomplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak.
KI : Penderita yang hipersensitif terhadap Penicillin dan turunannya
ES : Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti urticaria, ruam kulit, angioedema dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah, glositis dan stomatitis. Kemungkinan reaksi anafilaksi (Anonim, 2011).
b.    Alpara  X
Berisi paracetamol 125 mg, dekstrometorfan HBr 3,75 mg, CTM 0,5 mg, Phenylpropanolamine HCl 12,5 mg
Indikasi : Untuk meredakan flu, seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk.
KI : peka terhadap obat simtomatik lain misalnya efedrin, pseudoefedrin, fenilefrin,. Hipertensi berat.
ES : mengantuk, gangguan GI, gguan psikomotorik, takikardi, aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urin (Anonim, 2011),
c.                          Deksametason 0,5 X
Indikasi : Imunosupresan/antialergi, gangguan kolagen, reumatik, gangguan dermatologik dan pernapasan ,anti  inflamasi
KI : tukak lambung dan duodenum,
ES : Tukak lambung, hipoglikemia, atropi kulit, lemah otot, menstruasi tidak teratur, sakit kepala  (Anonim, 2011).
Dan pasien tidak pauh terhadap minum obat tersebut karena menyebabkan kantuk sedangkan pasien perlu begadang untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kantuk yang dialami pasien adalah efeksamping dari Alpara yang mengandung CTM yang dapat menyebabkan kantuk.
Dari data subyektif yang diperoleh saat melakukan wawancara riwayat pengobatan, dapat diketahui pasien juga mengalami perut kambung dan terasa banyak gas .
Perut kembung dan terasa banyak gas bukan merupakan suau penyakit, yang menyebabkan kondisi tidak nyaman. Udara bukan satu-satunya penyebab gejala ini tetapi makanan dan minuman  tertentu juga dapat menyebabkan timbulnya gas berlebihan sehingga berakibat perut menjadi kembung, misalnya saja kol, sawi, atau minuman bersoda. Makanan berlemak lainnya ikut serta dalam gejala ini , dikarenakan lemak menghambat percernaan dalam perut dan membuat perut terasa kenyang (Anonim, 2012)
Dari wawancara yang dilakukan perut kembung yang dialami pasien disebabkan karena pasien terlalu banyak mengkonsumsi tongseng kambing dan kubis malam hari sebelumnya. 
Dari hasil wawancara pula, dketahui bahwa pasien rutin minum jamu beras kencur, jus jeruk dan susu dimalam harinya untuk menjaga kesehatannya. Diare yang dialami disebabkan karena makan makanan pedas (sambal ikan teri) dalam jumlah banyak, akibatnya perut tidak kuat sehingga mengalami diare.

Plan
Dalam kasus ini Asisten Apoteker memberikan pilihan dalam pengobatan pasien X dimana pasien X yang  mengeluhkan sakit flu dan sudah mendapatkan obat dari dokter, namun pasien tidak minum obat dari dokter karena obat tersebut menyebabkan ngantuk, maka AA memberikan pilihan agar pasien mengkonfirmasi untuk mengganti obat tersebut kepada dokter atau pasien tetap ingin membeli obat bebas terbatas atas informasi yang nanti akan diberikan asisten apoteker. Obat yang diberikan dokter yang mempunyai efek mengantuk adalah alpara, dimana alpara mempunyai kandungan parasetamol, phenylpropanolamine HCl, chlorpheniramine maleat dan dextromethorphan HBr. Chlorpheniramine maleat merupakan obat untuk alergi yang mempunyai efek samping mengantuk, mungkin dokter memberikan obat ini dengan maksud agar pasien dapat istirahat dalam proses pengobatannya, namun pasien mempunyai kebiasaan bergadang untuk membuat laporan dan belajar untuk ujian. Dalam hal ini asisten apoteker memberikan pilihan pasien untuk mengkonsumsi obat bebas terbatas sebagai pengganti alpara yakni sanaflu plus batuk. Pemilihan obat diberikan karena kandungan dari sanaflu plus batuk ini sama dengan alpara yakni parasetamol, phenylpropanolamine HCl dan dextromethorphan HBr, yang membedakan adalah tidak terdapat chlorpheniramine maleat, sehingga obat ini tidak menyebabkan ngantuk saat setelah dikonsumsi oleh pasien. Dosis untuk pemakaian adalah 3x sehari 1 kaplet dan diminum setelah makan. Obat lain yang diberikan dokter yakni amoksisilin dan deksametason tetap dikonsumsi sesuai dengan resep dokter yakni 3x sehari 1 tablet. Pemberian amoksisilin sebagai antibiotik mempunyai tujuan adalah untuk menghapuskan segala kuman meningokokus dari dalam tenggorokan agar tidak dapat mengakibatkan infeksi lebih lanjut. Kemudian pemberian deksametason untuk antiinflamasi yang diderita pasien.
Pasien juga mengeluhkan perut kembung dan banyak gas, pada kasus perut kembung yang dideritanya asisten apoteker tidak memberikan terapi farmakologi untuk pasien karena alasan pasien sebelumnya telah mengkonsumsi tongseng kambing dan kubis pada malam harinya. Mungkin pasien makan terlalu banyak dan sebelumnya jarang makan tongseng kambing dan kubis maka perutnya terasa kembung dan banyak gas.Konsumsi kobis terlalu banyak tidak baik karena kubis adalah sifatnya yang dapat menimbulkan gas pada perut, sehingga menyebabkan kembung.
 Asisten apoteker menyarankan kepada pasien agar perutnya diolesi minyak kayu putih untuk menghilangkan rasa kembung dan banyak  gas di perutnya. Terapi nonfarmakologi lainnya adalah dapat melakukan hal – hal sebagai berikut :
1.    Minum air putih yang banyak
2.    Olahraga secara teratur.
3.    Mengatur pola makan, Lebih banyak mengkonsumsi buah serta sayuran serta mengurangi minum-minuman dingin
4.    Menghindari stress agar cepat sembuh
Melakukan monitoring pasien dengan tujuan pada terapi pengobatan ini tidak lain yaitu untuk memaksimalkan efek terapi serta meminimalkan efek samping obat . Terapi farmakologi dan non farmakologi ini akan memberi efek lebih optimal dengan adanya faktor kepatuhan dari pasien dalam menjalankan terapi. Oleh karenanya diharapkan pasien memiliki kesadaran dalam mengkonsumsi obat yang diberikan, hal ini tentu saja juga memerlukan perhatian dari keluarga pasien yang setiap saat dapat memantau perkembangan terapi pada pasien. Parameter pemantauan yang dapat dilakukan adalah berkurangnya sakit flu yang diderita pasien dan masih merasakan perut kembung dan terasa banyak gas atau tidak, serta efek samping obat yang sebelumnya telah yang diberikan yakni sanaflu plus batuk. Obat sanaflu plus batuk ini mempunyai efek samping gangguan pencernaan, gangguan psikomotor, takikardia, aritmia, palpitasi, retensi urin, pada penggunaan dosis besar dan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati. Adapun iteraksi obat yang dihindari adalah penggunaan sanaflu  bersama MAOI dapat menyebabkan krisis hipertensi. Kemudian untuk terapi non farmakologi yang di berikan yakni penggunaan minyak kayu putih ini biasanya tidak menimbulkan efek yang berbahaya, mungkin bisa mengalami iritasi bila kulit pasien sensitif terhadap penggunaan minyak kayu putih.
Informasi yang dapat diberikan ke pasien secara farmakologi yakni untuk meminum obat yang telah diberikan yakni sanaflu plus batuk, amoksisilin dan deksametason masing-masing 3x sehari setelah makan. Pasien dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi air putih karena sangat baik untuk kesehatan, pasien juga dianjurkan untuk mengurangi minum-minuman yang dingin karena pada pengobatan orang sakit, hal yang utama adalah kelancaran sirkulasi darah, demikian juga dengan sakit flu, sedangkan suhu dingin saat meminum es mempengaruhi sirkulasi darah di seputar rongga mulut , hidung. dan organ lain yang terkait. Pasien juga disarankan untuk refreshing agar tidak terlalu banyak pikiran yang nantinya dapat menyebabkan stress, refreshing dapat dilakukan dengan melakukan olahraga secara teratur.

III.          EVALUASI OBAT TERPILIH
1.    Amoksisilin
Indikasi :
Infeksi yang disebabkan oleh strain bakteri yang peka infeksi kulit dan jaringan lunak : Staphylococcus bukan penghasil penisilinase, Streptococcus,S. Pnemoniae. E. Coli, Infeksi saluran pernafasan : H. Influenza, Streptococcus, S. Pneumoniae, Staphylococcus bukan penghasil penisilinase, E. Coli, Infeksi saluran genitourinary : E. Coli, P. Mirabilis dan Streptococcus faecalis. Gonore : N. Gonorrhoe (bukan penghasil penisilinase).
Kontra Indikasi :
 hipersensitivitas,pasien dengan riwayat alergi terhadap penisilin.
Efek  Samping :
Reaksi kepekaan seperti erythematosus maculopapular, rash, urtikaria, serum sickness. Reaksi kepekaan yang serius dan fatal adalah anafilaksis terutam terjadi pada penderita yang hipersensitif pada penisilin. Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, dan diare. Reaksi – reaksi hematologik (biasanya bersifat reversibel).

Dosis dan Aturan Pakai :
Dewasa dan anak – anak dengan berat badan > 20kg 250-500 mg tiap 8 jam. Anak – anak dengan berat badan d” 20 kg : 20-40 mg/kg/BB sehari dalam dosis bagi tiap 8 jam. Untuk penderita dengan gangguan ginjal perlu dilakukan pengurangan dosis. Pada penderita yag menerima dialisa peritoneal : dosis maksimum yang dianjurkan 500 mg/hari. Gonokokkus uretritis : amoksilin 3 g sebagai dosis tunggal. Anak – anak dengan berat badan e’8 kg sebaiknya diberikan sediaan sirup kering. Dosis sebaiknya diberikan setelah makan. Aturan Pakai 3 x sehari 1 tablet.
Mekanisme Kerja :
Mekanisme kerja amoksisilin sebagai bakteri­sida, yaitu lewat penghambatan sintesis pepti­do­glikan yang merupakan komponen utama pembentuk dinding/membran bakteri, maka data pada tabel 1 menunjukkan bahwa PT sebagai pengubah permeabilitas/integritas membran menyebabkan obat segera dapat mencapai tempat aksi dan mempercepat berlangsungnya reaksi penghambatan sintesis dinding atau membran bakteri sehingga bakteri tidak dapat tumbuh (sebagai fasilitator penetrasi obat dan inisiator efek daya hambat).
Interaksi obat :
·      Probenesid dapat meningkatkan dan memperpanjang level darah Amoksisilin. 
·      Penggunaan bersamaan Alopurinol dapat menyebabkan peningkatan terjadinya reaksi pada kulit.
Contoh Produk :
Amoxan ( Caprifarmindo )
Amoxil ( SmithKline Beecham )
Amosine ( Mugi )





2.    Dexamethasone
Indikasi :
Mengatasi gejala inflamasi akut, penyakit alergi, arthritis rematoid, keadaan darurat seperti insufiensi adreankortikal primer tau sekunder, edema serebral.
Kontra Indikasi :
Tukak lambung dan duo denum, anastomosis usus yang baru, herpes simpleks pada mata, osteoporosis, sindroma cushing, psikotis akut, penderita sensitive.
Efek Samping :
Osteoporosis, tukak lambung, efek katabolic, efek diabetogenik, efek psikotropik, peningktan tekanan darah.
Dosis :
Oral 0,5 – 0,9 mghari dibagi dalam 2-4 pemberian, insuflensi adrenal 0,0233 mg/kg BB. Aturan Pakai 3 x sehari 1 tablet.
Mekanisme Kerja :
Deksamethasone adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat. Sebagai perbandingan  Deksamethasone 0,75 mg setara dengan obat sbb : 25 mg cortisone, 25 mg hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone.
Deksamethasone Harsen praktis tidak mempunyai aktivitas mineral corticoid dari Cortisone dan Hydrocortisone, sehingga pengobatan untuk kekurangan adrenocortical tidak berguna. 
Interaksi Obat :
·      Insulin, hipoglikemik oral : menurunkan efek hipoglikemik
·      Phenythoin, phenobarbital, efedrin : meningkatkan clearance metabolik dari deksametason; menurunkan kadar steroid dalam darah dan aktifitas fisiologis.
·      Antikoagulansia oral : meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.
·      Diuretik yang mendepresi kalium : meningkatkan resiko hipokalemia.
·      Glikosida kardiak: meningkatkan reesiko aritmia atau toksisitas digitalis sekunder terhadap hipokalemia.
·      Antigen untuk tes kulit : menurunkan reaksivitas.
·      Imunisasi : menurunkan respon antibodi.
Perhatian :
o  Kekurangan adrenocortical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis secara bertahap.
o  Ada penambahan efek Corticosteroid pada penderita dengan hypothyroidism dan cirrhosis.
Contoh Produk :
Danasone ( Dankos )
Dexanel ( Nellco )
Dexicorta ( Zenith )

3.    Sanaflu Plus
Parasetamol 500 mg, fenilpropanolamin HCI 15 mg, dekstrometorfan HBr 15 mg/kaplet.
Indikasi :
Meringankan gejala flu disertai batuk.
Kontra Indikasi :
Peka terhadap obat simpatomimetik, tekanan darah tinggi berat dan yang mendapat terapi obat anti depresan tipe penghambat MAO.
Perhatian :
Hati – hati pada penggunaan pada penderita dengan ggn fungsi hati dan ginjal.
Efek Samping :
Gangguan pencernaan, gangguan psikomotor, takikardia, aritmia, palpitasi, retensi urin, penggunaan dosis besar dan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati.
Dosis :
Kaplet : Dewasa, sehari 3 x 1 kaplet ; anak 6 – 12 th sehari 3 x ½ kaplet.

Contoh Produk :
Flutamol Plus ( Pyridam )
Fluvit C ( Rosella )
Mixaflu ( Dankos )

IV.          MONITORING
Pada praktikum kali ini pasien mendapatkan terapi obat antara lain : Amoksisilin, Alpara, dan Deksametason. Pada hal ini pasien harus mendapatkan monitoring terapi untuk mengetahi keberhasilan dari pengobatan yang dilakukan. Pada bab ini monitorinbg yang dilakukan yaitu :
·       Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat
·       Masih merasakan perut kembung, terasa banyak gas atau tidak
·       Keluhan pada gigi dan lambung
Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, hal ini merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengobatan yang dilakukan, walaupun obat yang didapatkan sudah sesuai tetapi apabila pasien tidak patuh meminum obat tersebut maka pengobtan juga tidak akan berhasil. Dalam hal ini pasien mengeluhkan sering mengantuk karena obat yang diminumnya dan pasien tidak dapat menegrjakan tugasnya, sehingga pasien tidak lagi meminum obat tersebut, pada resep tersebut obat yang menyebabkan mengantuk yaitu Alpara, sehingga obat diganti dengan obat yang mempunyai kandungan sama tetapi tidak menyebabkan mengantuk yaitu Sanaflu, agar pasien tetap dapat mengejakan tugasnya.
Masih merasakan perut kembung, terasa banyak gas. Hal ini perlu di monitoring karena pasien saat datang mengeluhkan perutnya kembung dan terasa banyak gas. Perut kembung kebanyakan disebabkan karena banyak udara yang masuk dalam rongga perut, selain itu karena makanan, dalam hal ini pasien memakan kol dan kol merupakan salah satu makanan penyebab perut kembung. Monitoring dilakukan dengan meminta pasien tidak makan banyak kol, dan pada pasien di sarankan untuk mengoleskan minyak angin pada perutnya apabila perut kembungnya agar dapat teratasi.
Keluhan pada gigi dan lambung, hal ini merupakan pengobatan yang pernah dilakukan pasien sebelumya. Hal ini perlu dilakukan monitoring karena ditakutkan obat yang diberikan dapat menyebabkan efek negatif karena bereaksi terhadap obat yang diberikan.

V.          KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI
Informasi yang perlu diberikan pada mahasiswa semester IV  terkait dengan terapi pengobatan yang dijalaninya yaitu untuk perut kembung, terasa banyak gas, dan flu yang dialami oleh mahasiwa semester IV ini, untuk obat penyakit flunya harus diganti karena obat yang dipakai sebelumnya menyebabkan kantuk yang membuat pasien tidak taat dalam meminum obat. Hal ini disebabkan karena menurut wawancara yang dilakukan bahwa mahasiswa pada minggu ini sering mengeluhkan bergadang untuk membuat laporan dan belajar ujian, serta sering belajar malam hari karena suasana mendukung. Maka membutuhkan obat yang tidak menyebabkan kantuk dan untuk kelancaran dalam pembuatan tugas obat flu pasien harus diganti dengan Sanaflu Plus.
Selain perut kembung, pasien juga menderita sakit gigi sebulan yang lalu. Pasien mendapat resep asam mefenamat yang mempunyai aturan pakai 3x sehari 1 tablet, tapi merasakan tidak nyaman dilambung sehingga menjadi kurang patuh dalam minum obat. Untuk kelancaran dalam mengerjakan tugasnya maka obat ini dihentikan pemakaiannya. Karena apabila diteruskan akan mengganggu aktifitas dalam mengerjakan laporan dan belajar untuk ujian.
Mahasiswa ini mempunyai kebiasaan minum jus jeruk, untuk menjaga kesehatannya, serta minum jamu beras kencur dipagi hari dan susu di malam hari. Sebab, walaupun termasuk obat herbal namun apabila terlalu sering mengkonsumsinya, maka juga tidak baik untuk ginjal. Jadi untuk jamu beras kencurnya disarankan untuk tidak meminum terlalu sering dan untuk susu disarankan untuk di minum 2 jam setelah meminum obat. Terapi non farmakologi untuk perut kembung yang dialami pasien ini yaitu untuk tidak mengkonsumsi daging kambing dan kubis yang terlalu banyak, untuk menghindari terjadinya kembung kembali.

obat salah dan sub dosis


A.    Ventolin Inhaler
Dalam ventolin inhaler mengandung salbutamol sulfat, dimana merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan beta-adrenergic agonist yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta(2)-adrenergic  yang terdapat didalam adenyl cyclase. Adenyl cyclase merupakan katalis dalam proses perubahan adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic-3', 5'-adenosine monophosphate (cyclic AMP). Mekanisme ini meningkatkan jumlah cyclic AMP yang berdampak pada relaksasi otot polos bronkial serta menghambat pelepasan mediator penyebab reaksi hipersensitivitas dari mast cells.
Komposisi                   : Salbutamol Sulfat
Indikasi                       : Pengobatan & pencegahan asma bronkhial. Pengobatan pada kondisi lain seperti bronkhitis & emfisema, yang berhubungan dengan penyumbatan saluran pernafasan yang bersifat reversibel. Terapi pemeliharaan rutin pada asma kronis dan bronkhitis kronis.  
Kontra indikasi          : Aborsi yang mengancam selama trimester pertama atau kedua masa kehamilan. Toksemia (darah keracunan) saat kehamilan, perdarahan sebelum melahirkan, plasenta previa (uri yang melekat pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi mulut rahim).
Efek Samping : Gemetar halus pada otot rangka, perasaan tegang, vasodilatasi perifer, suatu kompensatori kecil peningkatan irama jantung, sakit kapala, kejang otot sementara, reaksi hipersensitifitas, berpotensi menderita hipokalemia yang serius, hiperaktifitas pada anak-anak. Bronkhospasme paradoksikal.  
Indeks Kemanan pada Wanita Hamil                       : Obat Kategori C:        Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
Dosis   :
Dewasa :
Bronkhospasme akut dan penanganan episode intermiten pada asma : 1-2 hembusan sebagai dosis tunggal. Pemeliharaan menahun atau sebagai pencegahan : 3-4 kali sehari 2 hembusan. Untuk mencegah bronkhospasme yang dipicu oleh latihan/gerak badan yang berlebihan : 2 hembusan sebelum latihan (olahraga)
Anak-anak :
Bronkhospasme akut, penanganan saat asma atau sebelum olahraga : 1 hembusan. Pencegahan atau pemeliharaan rutin : 3-4 kali sehari 1 hembusan. Dosis ini dapat ditingkatkan sampai 2 hembusan jika perlu.  
Penggunaan inhalasi   : Informasikan kepada pasien tentang cara penggunaan, pembersihan/perawatan dan penyimpanan inhaler dan spacer (bila pasien menggunakan spacer). Kocok inhaler setiap kali sebelum dipakai. Hindari semprotan ke dalam mata. Lakukan test semprotan ke udara pertama kali sebelum digunakan. Bila inhaler tidak digunakan dalam waktu >2 minggu, lakukan 4 kali semprotan dulu ke udara sebelum digunakan.  Kumur mulut dengan air setelah inhalasi. Diberitahukan kepada pasien untuk segera menghubungi dokter bila dijumpai efek-efek samping atau kondisi yang bertambah parah.
Contoh Obat inhaler  : Beklometason (Becotide inhaler), Budenoside (Rhinocort inhaler), Salbutamol (Ventolin inhaler, Combifen inhaler)
 (Anonoim, 2012)

B.     Parasetamol
Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik
Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins dengan mengganggu enzim cyclooksigenase (COX). Parasetamol menghambat kerja COX pada sistem syaraf pusat yang tidak efektif dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi. Kemampuan menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan otak inilah yang membuat paracetamol dapat mengurangi rasa sakit kepala dan dapat menurunkan demam tanpa menyebabkan efek samping,tidak seperti analgesik-analgesik lainnya.
Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonyugasi.
Komposisi       :Tiap tablet mengandung Parasetamol 500 mg.
Indikasi          :Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot. Serta menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Efek samping             :Pada dosis yang direkomendasikan, parasetamol tidak mengiritasi lambung, mempengaruhi koagulasi darah, atau mempengaruhi fungsi ginjal. Namun, pada dosis besar (lebih dari 2000 mg per hari) dapat meningkatkan resiko gangguan pencernaan bagian atas. Hingga tahun 2010, parasetamol dipercaya aman untuk digunakan selama masa kehamilan.
Dosis:
Dibawah 1 tahun         : 1 sendok teh atau 60 – 120 mg, tiap 4 – 6 jam.
1 – 5 tahun                  : 1 – 2 sendok teh atau 120 – 250 mg, tiap 4 – 6 jam.
6 – 12 tahun                :2 – 4 sendok teh atau 250 – 500 mg, tiap 4 – 6 jam.
Diatas 12 tahun           :1 g tiap 4 jam, maksimum 4 g sehari.
Cara penggunaan obat         : melalui mulut (per oral).
Contoh obat               : Biogesic, Bodrex, Panadol, Pyex, Sanmol (Anonom, 2012)



IV.             MONITORING
Terapi farmakologi dan non farmakologi ini akan memberi efek lebih optimal dengan adanya faktor kepatuhan dari pasien dalam menjalankan terapi. Pasien diharapkan memiliki kesadaran dalam mengkonsumsi obat yang diberikan. Hal ini tentu saja memerlukan perhatian dari keluarga pasien yang setiap saatdapat memantau perkembangan terapi pada pasien.
Tujuan monitoring sendiri pada terapi pengobatan ini tidak lain yaitu untuk memaksimalkan efek terapi serta meminimalkan efek samping obat, asma yang diderita Bapak TR apakah sudah benar atau belum dengan obat yang dikonsumsinya.
Untuk mengukur efektivitas  terapi, hal-hal berikut harus di monitor :
·      Penyebab asma
·      Kerusakan target organ: paru-paru,
·      Interaksi obat dan efek samping
·      Kepatuhan pasien

1.      Penyebab asma
Sampai saat ini penyebab penyakit asma belum diketahui secara pasti meski telah banyak penelitian oleh para ahli. Teori atau hipotesis mengenai penyebab seseorang mengidap asma masih belum disepakati para ahli di dunia kesehatan.
Namun demikian yang dapat disimpulkan adalah bahwa pada penderita asma, saluran pernapasannya memiliki sifat yang khas yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan (bronchial hyperreactivity = hipereaktivitas saluran napas) seperti polusi udara (asap, debu, zat kimia), serbuk sari, udara dingin, makanan, hewan berbulu, tekanan jiwa, bau atau aroma menyengat (misalnya: parfum).
Asap rokok, tekanan jiwa, alergen pada orang normal tidak menimbulkan asma tetapi pada penderita asma, rangsangan tersebut dapat menimbulkan serangan.
Selain itu terjadinya serangan asma juga dapat terjadi sebagai akibat saat penderita mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) baik flu ataupun sinisitis. Serangan penyakit asma juga bisa dialami oleh beberapa wanita di masa siklus menstruasi, namun hal ini sangat jarang sekali.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma dapat terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk.
Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.

2.      Kerusakan target organ: paru-paru
Secara umum, pengertian penyakit asma adalah suatu jenis penyakit gangguan pernapasan khususnya pada paru-paru. Asma merupakan suatu penyakit yang dikenal dengan penyakit sesak napas yang dikarenakan adanya penyempitan pada saluran pernapasan karena adanya aktivitas berlebih yang disebabkan oleh suatu rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan pada pembuluh darah dan udara yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga dada.
Umumnya seseorang yang menderita sesak napas atau asma bersifat sementara dan dapat sembuh seperti sedia kala dengan atau tanpa bantuan obat.
Paru-paru kita digunakan untuk menghirup udara dengan iritasi, seperti bakteri, virus, serbuk sari, dan debu, sepanjang hari setiap hari, Pada kebanyakan orang biasanya reaksi inflamasi tidak terjadi.
Tetapi saluran udara di paru-paru penderita asma lebih sensitif terhadap banyak hal-hal ini, dan sistem kekebalan tubuh pada penderita asma ini bereaksi berlebihan dengan melepaskan berbagai jenis sel dan bahan kimia lainnya ke saluran udara.

3.      Interaksi obat dan efek samping
Penanganan dan pemberian obat-obatan kepada penderita asma adalah tindakan mengatasi serangan yang timbul yang mana disesuaikan dengan tingkat keparahan dari tanda dan gejala itu sendiri. Interaksi obat dan efek samping yang dialami pada penderita asma setelah terapi vontolin inhalasi adalah mengalami gejala pusing. Karena  efek samping tersebut maka Bapak TR diberi parasetamol untuk mengatasi pusing yang dialami.
Bapak TR juga disarankan  untuk menyediakan atau menyimpan obat hirup (Ventolin Inhaler) dimanapun beliau berada agar dapat membantu melonggarkan saluran pernafasan saat serangan asma terjadi.

4.      Kepatuhan pasien
Suatu serangan penyakit asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati penyakit asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda. Pasien asma juga dianjurkan untuk memeriksakan diri secara teratur ke dokter. Karena bisa saja kondisi penyakit bertambah ringan atau sebaliknya sehingga baik obat maupun cara hidup perlu disesuaikan. Juga disarankan untuk membawa ventolin inhaler kemanapun, agar dapat membantu melonggarkan saluran pernapasan saat serangan asma terjadi.
 Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan asma itu sendiri. Setiap penderita umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-hal yang menjadi pemicu serangan asmanya.
Setelah terjadinya serangan asma, penderita akan merasa sudah dapat bernafas lega akan tetapi disarankan untuk meneruskan pengobatannya sesuai obat dan dosis yang diberikan oleh dokter.


V.             KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI
CARA PEMAKAIAN VENTOLIN INHALER :
1.      Lepaskan penutup dari mouth piece
2.      Kemudian kocoklah inhaler, supaya obat merata campurannya.
3.      Pegang inhaler 2,5 – 5 cm di depan mulut. Keluarkan napas maksimal tetapi perlahan-lahan.
4.      Letakan mouth piece dalam mulut dan rapatkan bibir anda.
5.      Bersamaan dengan anda menarik napas, tekanlah inhaler sambil terus bernapas secara perlahan-lahan dan dalam. Lepaskan mouth piece dari mulut anda.
6.      Tahan napas untuk 10 detik hitungan, atau selama mungkin sebelum mengeluarkan napas secara perlahan-lahan.
7.      Untuk sediaan inhalasi, kocok dulu sebelum digunakan dan buang 4 semprotan pertama jika menggunakan inhaler baru atau inhaler yang sudah tidak terpakai selama lebih dari 2 minggu.
8.      Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol supaya tenggorokan dan mulut tidak kering.
9.      Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka beri jarak waktu minimal 1 menit untuk setiap hisapan.
Kontraindikasi dari obat ini adalah untuk penderita yang hipersensitif terhadap salbutamol. Adapun efek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain: gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit kepala, kejang, insomnia); nyeri dada; mual, muntah; diare; anorexia; mulut kering; iritasi tenggorokan; batuk; gatal; dan ruam pada kulit (skin rush).  
Untuk penderita asma yang disertai dengan penyakit lainnya seperti: hipertiroidisme, diabetes mellitus, gangguan jantung termasuk insufisiensi miokard maupun hipertensi, perlu adanya pengawasan yang lebih ketat karena penggunaan salbutamol bisa memperparah keadaan dan meningkatkan resiko efek samping.
INFORMASI PENYIMPANAN :
Simpan obat pada suhu kamar agar stabil (aerosol: 15-25o C; inhalasi cair: 2-25o C dan sirup: 2-30o C)
7 JENIS MAKANAN YANG HARUS DIHINDARI BAGI PENDERITA ASMA :
Salah satu zat yang diketahui berkaitan erat dengan serangan asma adalah sulfit. Sensitifitas terhadap sulfit pada umumnya hanya terbatas pada penderita asma yang bergantung pada obat steroid.
Makanan yang mengandung sulfit dapat memicu serangan asma pada 20 persen orang penderita asma. Sulfit terdapat dalam makanan sebagai hasil dari fermentasi dan ditemukan dalam makanan olahan.
1.            Jus Lemon atau Limun Buatan
Meminum lemon atau air jeruk nipis sungguhan jauh lebih bagus. Meskipun sedikit merepotkan, tetapi rasanya lebih segar dan penderta asma dapat bernapas lebih lega.
2.            Bir, Anggur, dan Minuman Fermentasi Lain
Minuman semacam ini akan menyebabkan kesulitan bernapas pada penderita asma setelah dikonsumsi. Kandungan sulfitnya lah yang menyebabkannya.
3.            Buah atau Sayuran Kering
Selain buah-buahan kering seperti kismis, nanas, aprikot dan cranberry, makanan lain yang harus dihindari adalah ceri maraschino dan guacamole, makanan tradisional Meksiko yang terbuat dari bahan dasar alpukat, ditambah dengan lemon dan garam.
4.            Acar
Acar dan paprika sebaiknya dihindari jika sensitif terhadap sulfit.
5.            Kentang
Makanan seperti kentang goreng dan kentang kering juga mengandung sulfit, jadi berhati-hatilah. Menu kentang dapat diganti dengan menu yang lebih sehat dengan kentang manis panggang atau kentang panggang dengan ditambahi minyak zaitun.
6.            Udang
Udang beku juga mengandung sulfit. Sulfit digunakan sebagai zat tambahan untuk mencegah munculnya bintik-bintik hitam pada udang. Akan lebih baik jika mengkonsumsi udang segar. Meskipun mungkin lebih mahal, tapi akan membuat penderita asma merasa lebih baik untuk jangka panjang.
7.            Makanan Lain yang Mengandung Sulfit
Makanan lain yang mengandung sulfit adalah asparagus, daun bawang, pati jagung, telur, bawang putih, selada, sirup maple, salmon, produk kedelai dan tomat.
Adapun usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain :
·            Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya.
Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat.
Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan.
Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam. Untuk seorang yang menderita penyakit asma disarankan untuk lebih sering berolahraga,dan untuk olahraga yang disarankan yaitu olahraga renang karena renang dapat membantu pernapasan sehinnga asma tidak sering kambuh.
·            Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari.
Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah.
Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.
·            Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma.
Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak.
Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan penyakit asma.
Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus dihindari.
Perhatikan obat-obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.
·            Menggunakan obat-obat antipenyakit asma
Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang, penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi bila ingin agar gejala penyakit asmanya cepat hilang, jelas aerosol lebih baik.
Pada serangan yang lebih berat, bila masih mungkin dapat menambah dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid.
Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah serangan penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan penyakit asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator dan steroid sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan.