KASUS
Bapak X datang ke
apotek Anda untuk membeli obat gatal karena mengeluhkan rasa gatal hanya di
beberapa bagian tubuhnya. Dari wawancara riwayat pengobatan, diketahui beliau
memang tidak mempunyai alergi terhadap makanan, debu, cuaca, ataupun obat.
Beliau didiagnosa terkena TBC dan sekarang ini masih menjalani pengobatan pada
fase lanjutan. Pasien juga menunjukkan adanya warna kuning pada kulit dan
sklera mata. Pasien ternyata dulu sempat terkena infeksi Hepatitis A.
PLAN
Dari Wawancara
pengobatan diperoleh informasi bahwa bapak X didiagnosa terkena TBC dan
sekarang masih menjalani pengobatan pada fase lanjutan dan juga sempat terkena
infeksi hepatitis A, dan efek dari penyakit ini adalah warna kuning pada kulit
dan sklera mata.
Penyakit
tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru. Mycobacterium
tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya
mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat
kimia. Mycobacterium tuberculosis cepat
mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang
gelap dan lembab. Sumber penularan adalah pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernafasan.
Penentuan
klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkulosis memerlukan suatu definisi
kasus yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi dan tipe penderita.
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang sesuai dan dilakukan
sebelum pengobatan dimulai. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan definisi-kasus, yaitu:
1. Organ tubuh yang sakit: paru atau
ekstra paru;
2. Hasil pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung: BTA positif atau BTA negatif;
3. Riwayat pengobatan sebelumnya: baru
atau sudah pernah diobati;
4. Tingkat keparahan penyakit: ringan
atau berat.
Pada wawancara riwayat pengobatan diperoleh
informasi bahwa Bapak X didiagnosa terkena TBC dan sekarang ini masih menjalani
pengobatan pada fase lanjutan. Pada tahap lanjutan, penderita mendapat jenis
obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama dan pada tahap
lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan. Pengobatan fase lajutan yang diberikan terdiri
dari Isoniazid dan Rifampisin.
Untuk pengobatan TBC fase lajutan dianjurkan
untuk tetap dilakukan dengan mematuhi dan mengkonsumsi obat yang telah
diberikan karena ini merupakan fase terusan dari pengobatan TBC sebelumnya (
fase intensif). Adapun efek samping yang dapat timbul dari pengobatan OAT bila dikonsumsi menyebabkan gatal dan
kemerahan pada kulit, dan ikterik / hepatitis imbas obat atau dapat menyebabkan gangguan hati.
Wawancara pengobatan juga diperoleh informasi
bahwa Bapak X terinfeksi Hepatitis A, penyakit ini merupakan penyakit akut akut
dan dapat sembuh dengan sendiri (self limiting) atau dapat berkembang menjadi
penyakit hati kronis, adapun gejala yang dialami adalah warna kuning pada kulit
dan sklera mata. Warna kuning yang timbul pada kulit dan mata dikarenakan
bilirubin yang meningkat. Bilirubin akan dibawa ke liver untuk dimetabolisme,
tetapi karena ada gangguan pada liver sehingga kerja liver tidak sempurna, maka
bilirubin akan meningkat jumlahnya dalam darah dan menyebabkan warna kuning
pada kulit dan sklera mata.
Pengobatan farmakologi yang dapat diberikan
sesuai dengan keluhan pasien yakni gatal-gatal yang dirasakan dengan memberikan
obat Caladine Lotion. Pemberian obat secara topikal ini untuk mengurangi
konsumsi obat yang masuk dalam tubuh karena selama pengobatan penyakit TBC
sudah banyak obat yang dikonsumsi, dan diberikan dalam bentuk lotion agar lebih
memberikan efek lama pada kulit yang gatal-gatal. Untuk mengurangi kerusakan
hati karena pengobatan yang dijalani, dapat diberikan suplemen atau obat dari
herbal dapat diberikan tablet curcuma/ tablet dari temulawak yang bersifat
hepatoprotector yang berupa taplet curcuma contohnya adalah Verona ( Solas
Langgeng ) Rp. 1050 / kapsul. Selain itu diberikan vitamin B6, pemberian dengan
tujuan untuk mengurangi tanda tanda keracunan pada saraf tepi, kesemutan, dan
nyeri otot atau gangguan kesadaran dari efek pemberian OAT.
Pengobatan non farmakologi dapat diberikan
adalah dapat berupa rebusan temulawak atau mengkonsumsi teh murbei. Temulawak
yang mengandung kurkumin yang berkhasiat dapat memperbaiki kerusakan hati atau
dapat sebagai hepatoprotektor, melindungi hati dari pengaruh zat toksik
yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan
khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati dan dapat digunakan untuk pengobatan hepatitis.
Sedangkan teh murbei terdapat quercetin sangat baik untuk hati dan membantu
mencegah kanker hati.
EVALUASI OBAT TERPILIH
Isoniazid / INH
Indikasi : antituberkulosis
Kontra
Indikasi : pasien gangguan hati,
gangguan ginjal yang parah, epilepsi, hipersensitif.
Efek
Samping : gangguan
pencernaan, reaksi kulit, kelainan darah, asidosis, pelagra, reaksi psikotik,
kejang,efek toksik terhadap saraf pusat, anoreksia, nausea,sakit kepala, ataksia.
Perhatian : pasien yang menggunakan obat
hepatotoksik lainnya.
Dosis : Dewasa 5 mg
INH/kgBB/hari atau 300mg/hari
Aturan
pakai : 1 x sehari 1 tablet
malam hari sebelum tidur
Contoh
produk : INH (Anonim,2010).
Mekanisme
kerja berdasarkan terganggunya sintesa mycolitic acid, yang diperlukan untuk
membangun dinding bakteri. Yang merupakan tuberkulostatis paling kuat terhadap
M.tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat bakterisid terhadap basil
yang tumbuh pesat. Resorpsinya dari usu sangat cepat, difusinya ke dalam
jaringan dan cairan tubuh baik sekali,bahkan menembus jaringan yang sudah
mengeras. Di dalam hati INH diasetilasi oleh enzim asetiltransferase menjadi
metabolit inaktif ( Tjan,2007 )
Rifampisin
Indikasi
: Tuberkulosis
Kontra
Indikasi : penderita hipersensitif terhadap rifampisin, wanita hamil pada
trimester pertama penderita gangguan saluran empedu, fungsi hati.
Efek
Samping : mual, peningkatan serum transaminase, jaundice, alergi,urin berwarna
kemerahan, gangguan GI, peningkatan enzim hati,hepatitis, ikterus,
Perhatian
:Hindari pengulangan kembali pengobatan setelah terapi selesai atau pemakaian
yang tidak teratur,penyakit hati, gizi buruk, hamil, laktasi,gagal ginjal.
Dosis
: Dewasa ; BB lebih kecil 50mg, 450 mg 1 x sehari , BB lebih besar 50kg 600mg
1x sehari
Aturan
pakai : 1 x sehari malam hari sebelum makan agar resorpsinya tidak diganggu
oleh isi lambung yang berkhasiat sebagai bakterisid , juga mematikan kuman yang
dormant selama fase pembelahan yang sangat singkat maka sangat penting untuk
membasmi semua basil guna mencegah kambuhnya TBC (Anonim,2010).
Mekanisme
: berdasarkan peringatan spesifik dari suatu enzim bakteri RNA-polymerase,
sehingga sintesa RNA terganggu.Resorpsinya di usus baik, distribusinya ke
jaringan dan cairan tubuh juga baik termasuk CCS. Hal ini nyata sekali pada
pewarnaan jingga/merah dari air seni, ludah , tinja, keringat dan air
mata(Tjan,2007)
Vitamin B6
Indikasi
: Antidot
Kontra
Indikasi : Jarang terjadi berupa alergi.
Efek
Samping : jarang terjadi dan berupa reaksi alergi Penggunaan lama dari
500mg/hari dapat mencetuskan ataxia dan neuropati serius.
Dosis
: 1 x sehari 1 tablet setelah makan malam hari.
Mekanisme
Kerja : Di dalam hati Vit B6 dengan bantuan ko-faktor riboflavin dan magnesium
diubah menjadi zat aktifnya piridoksal-5-fosfat.Zat ini Berperan penting
sebagai ko-enzim pada metabolisme protein dan asam2 amino, sintesa GABA , juga
mempunyai peranan kecil pada metabolisme karbohidrat dan lemak. Penggunaannya
khusus dianjurkan bagi pasien dengan gangguan hati , yang tidak bisa mengubah
B6 menjadi PSP (Tjan,2007).
Verona
Indikasi
: Memelihara kesehatan fungsi hati
Kontra
Indikasi : Wanita hamil
Efek
Samping : -
Aturan
Pakai : dewasa 3-4 x sehari 1 kapsul, untuk pencegahan : 1 x sehari 1 kapsul
setelah makan.
Mekanisme
Kerja : kurkumin secara kuat menghambat enzim cytochrome 4501A1/1A2 di hati,
Kurkumin ditemukan juga mencegah pembentukan ikatan kovalen antara cytochrome
P450 dan DNA, menghambat karsinogenesis oleh kimiawi dengan memodulasi fungsi
P450, proteksi hati terhadap toksisitas alkohol, kurkumin menurunkan kerusakan
hati melalui pengurangan peroksidasi lipid, berdasarkan studi pra klinis,
kurkumin dilaporkan juga meningkatkan aktifitas glutathione-S-transferase
(Mira,2011).
Monitoring
Tujuan
monitoring pada terapi pengobatan ini tidak lain yaitu untuk memaksimalkan efek
terapi serta meminimalkan efek samping obat ,adapun untuk TBC yang dialami
memerlukan pemantauan secara berkala terhadap kondisi tubuhnya untuk mengetahui
apakah terapi obat yang diberikan sudah memberikan respon atau belum.
Terapi farmakologi dan non farmakologi ini akan memberi
efek lebih optimal dengan adanya faktor kepatuhan dari pasien dalam menjalankan
terapi oleh karenanya diharapkan pasien memiliki kesadaran dalam mengkonsumsi
obat yang diberikan ,hal ini tentu saja juga memerlukan perhatian dari keluarga
pasien yang setiap saat dapat memantau perkembangan terapi pada pasien.
Untuk mengukur efektivitas
terapi, hal-hal berikut harus di monitor :
a.
Penyebab
terjadinya TBC
b.
kerusakan target
organ: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening
c.
interaksi obat
dan efek samping
d.
kepatuhan
(adherence)
a.
Monitoring
penyebab terjadinya TBC
TBC disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyerang paru-paru sehingga
pada bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil. Masuknya
Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada
paru-paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk
bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha
menghambat bakteri TBC ini melalui mekanisme alamianya membentuk jaringan
parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti
yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen.
b.
Monitoring
kerusakan target organ: paru-paru, otak, ginjal,
saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening
Pasien TBC harus di monitor
secara berkala untuk melihat tanda-tanda dan gejala adanya penyakit target
organ yang berlanjut. Gejala yang dialami yaitu demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,
biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan
demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.Penurunan nafsu makan dan
berat badan.Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah. infeksi
TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak,
ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga
berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh
rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh.
Apabila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak. Parameter
klinis lainnya yang harus di monitor
untuk menilai penyakit target organ yaitu pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak),
pemeriksaan patologi anatomi (PA), rontgen dada (thorax photo), uji tuberkulin.
c.
Monitoring
interaksi obat dan efek samping obat
Untuk
melihat toksisitas dari terapi, efek samping dan interaksi obat harus di nilai
secara teratur. Efek samping bisanya muncul 2 sampai 4 minggu setelah memulai
obat baru atau setelah menaikkan dosis. Kejadian efek samping mungkin
memerlukan penggantian obat atau substitusi dengan obat TBC yang lain.
Monitoring yang intensif diperlukan bila terlihat ada interaksi
obat; misalnya apabila pasien mendapat Rimpamfisin dan pasien juga mendapat Vitamin B6
Sebagai antidot dan pasien juga dapat INH.
Monitoring tambahan mungkin diperlukan untuk
penyakit lain yang menyertai bila ada (misalnya: hepatitis A). Yang timbul
gatal-gatal pada kulit, maka diberi obat tambahan yaitu caladine lotion.
d.
Monitoring
kepatuhan/Medication Adherence dan konseling ke pasien
Diperlukan
usaha yang cukup besar untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat
demi mencapai target pengobatan yang optimal. Paling sedikit 50 % pasien yang
diresepkan obat TBC tidak meminumnya sesuai dengan yang di rekomendasikan.
Strategi yang paling efektif adalah dengan kombinasi
beberapa strategi seperti edukasi, modifikasi sikap, dan sistem yang mendukung.
KOMUNIKASI, INFORMASI,
DAN EDUKASI
Bapak X
didiagnosa terkena TBC
kategori 2 dan masih menjalani pengobatan pada fase lanjutan dengan diberi obat INH,
Rifampisin, dan Etambutanol. Untuk penggunaan isoniazid/INH, diinformasikan
kepada pasien tentang efek samping yang
timbul yaitu demam,
berbagai kelainan kulit berbentuk morbiliform, makulopapular, dan urtikaria,
bisa juga anemia. Isoniazid dapat menimbulkan ikterus dan kerusakan hati yang
fatal akibat terjadinya nekrosis multilobular. Penggunaan obat ini pada pasien
yang menunjukkan adanya kelainan fungsi hati akan menyebabkan bertambah
parahnya kerusakan hati. Karena itu pasien yang mengkonsumsi INH perlu diamati kemungkinan
terkena hepatitis dan disarankan untuk selalu mengecek aktivitas enzim serum glutamic oxalacetic transaminase
(SGOT). Pasien X dianjurkan
juga untuk memonitor aktivitas aspartat-aminotransferase serum setiap satu
bulan, dan apabila aktivitasnya melebihi 5x normal maka pemberian INH diusulkan
untuk dihentikan. Efek samping dari isoniazid ini telah dicegah dengan
pemberian piridioksin dan dilakukan pengawasan terhadap pasien. Dalam tablet INH kadang-kadang
telah ditambah vitamin B6 untuk mengurangi
pengaruh efek samping. Atau dengan mengonsumi sendiri vitamin B6 dengan aturan
pakai 2x sehari 25 mg. Sedangkan untuk aturan pemakaian INH adalah 2 tablet
isoniazid 300 mg 3x seminggu selama 5 bulan di pagi hari sebelum makan atau
sesudah makan bila terjadi gangguan lambung.
Untuk
penggunaan rifampisin, diberitahukan kepada pasien tentang efek samping yang
mungkin timbul, yaitu ruam kulit, demam,
mual dan muntah. Serta berbagai keluhan yang berhubungan dengan sistem saraf
seperti mengantuk, sakit
kepala, pening, ataksia, bingung, kurangnya konsentrasi dan melemahnya otot
dapat terjadi. Diinformasikan juga kepada pasien bahwa rifampisin
didistribusikan keseluruh tubuh, kadar efektif dicapai dalam berbagai organ dan
cairan tubuh, termasuk cairan otak. Sehingga
pada urin, tinja, ludah, sputum, air mata, dan keringat akan berwarna merah
jingga, sehingga pasien tidak merasa takut atau kaget ketikan hal itu terjadi. Untuk aturan pemakaiannya
adalah 1 tablet rifampisin 450 mg 3x seminggu selama 5 bulan di pagi hari
sebelum makan karena kecepatan dan kadar resorpsi dihambat oleh isi lambung. Obat ini juga selalu dikombinasi dengan INH.
Untuk penggunaan Etambutanaol, diinformasikan kepada
pasien tentang efek samping yang mungkin muncul antara lain gangguan penglihatan
dengan penurunan visual, buta warna dan
penyempitan lapangan pandang. Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif,
bila hal ini terjadi maka etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya
fungsi penglihatan akan pulih. Reaksi adversus berupa sakit kepala,
disorientasi, mual, muntah dan sakit perut. Untuk aturan pemakaiannya adalah 1
tablet etambutanol 250 mg dan 2 tablet etambutanol 500 mg 3x seminggu selama 5
bulan diminum dengan makanan atau pada saat perut isi.
Sebelum menggunakan OAT ini penderita perlu
ditanyakan tentang :
·
Alergi yang
pernah dialami.
·
Penggunaan
obat lain bila menggunakan Isoniazid, Rifampisin, maupun Etambutanol
Penderita perlu diberikan informasi tentang
cara penggunaan yang baik dari obat ini
dan kemungkinan reaksi yang akan dirasakan, yakni :
·
Obat
ini harus diminum sampai selesai sesuai dengan kategori penyakit atau petunjuk dokter / petugas kesehatan
lainnya, dan diupayakan agar tidak
lupa. Bila lupa satu hari, jangan meminum dua kali pada hari berikutnya.
·
Harus
dipakai setiap hari atau sesuai dengan dosis, tapi jika lupa segera
minum obat jika waktunya dekat ke waktu minum obat seharusnya. Namun, jika kalau lewat waktu sudah jauh, dan dekat ke waktu berikutnya, maka minum obat sesuai
dengan waktu / dosis berikutnya.
·
Minum
sesuai jadwal yang diberitahukan oleh dokter atau petugas kesehatan lain misalnya pada pagi hari.
·
Beritahukan
kepada dokter / petugas kesehatan lain kalau sedang meminum obat lain karena kemungkinan adanya
interaksi.
·
Untuk rifampisin dapat
menyebabkan kencing, air ludah, dahak, dan air mata akan menjadi coklat merah.
·
Bagi
peminum alkohol atau pernah / sedang berpenyakit hati agar menyampaikan juga kepada dokter / tenaga
kesehatan lain karena dapat meningkatkan
efek samping.
·
Sampaikan
kepada dokter / petugas kesehatan lain jika mengalami efek samping berat.
·
Untuk obat Isoniazid jangan
makan keju, ikan tuna dan sardin karena mungkin menimbulkan reaksi dan dapat
dianjurkan menggunakan Vitamin B6 untuk mengurangi pengaruh efek samping.
·
Sampaikan
kepada dokter / petugas kesehatan lain bahwa sedang meminum Isoniazid jika mengalami kulit gatal, merasakan panas, sakit kepala yang
tidak tertahankan, atau kesulitan
melihat cahaya, kurang nafsu makan, mual, muntah, merasa terbakar, pada tangan dan kaki. Bagi penderita diabetes, agar diberitahu,
sebab dapat mempengaruhi pemeriksaan
kadar gula dalam air seni yakni hasil palsu.
·
Jika
akan melakukan pemeriksaan diagnostik kencing dan darah, beritahukan bahwa sedang meminum Rifampisin
kepada petugas laboratorium
atau dokter dan tenaga kesehatan lain karena kadangkadang akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
·
Sampaikan kepada dokter / petugas kesehatan lain bahwa sedang meminum
Etambutanol jika mengalami rasa sakit pada sendi, sakit pada mata, gangguan
penglihatan, demam, merasa terbakar.
Khusus untuk gangguan mata dapat menghubungi dokter mata
Untuk
penderita hepatitis akut diberitahukan pemberian
OAT pada penderita TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik, apabila belum sembuh ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami
penyembuhan. Pada keadaan dimana
pengobatan TB sangat diperlukan dapat diberikan SE selama
3 bulan sampai
hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan RH selama 6 bulan, bila hepatitisnya tidak menyembuh seharus
dilanjutkan sampai 12 bulan.
OAT umumnya
hepatotoxic dan Bapak X
ini bisa mengalami gangguan pada fungsi hati jika penggunaan OAT tidak diperhatikan. Jadi, sebaiknya juga
diberikan suatu
suplemen atau obat dari herbal dapat diberikan tablet curcuma/ tablet dari
temulawak yang bersifat hepatoprotector yang berupa kapsul curcuma contohnya adalah Verona (
Solas Langgeng ) Rp. 1050 / kapsul untuk mengurangi kerusakan hati. Aturan pemakainannya adalah 3-4x sehari 1
kapsul setelah makan. Sedangkan untuk gatal-gatal pada beberapa bagian tubuh yang berdasarkan wawancara pengobatan tidak dikarenakan alergi terhadap makanan, debu, cuaca, ataupun
obat dapat diberikan obat yaitu obat Caladine Lotion dengan cara dioleskan pada bagian yang gatal 2x sehari untuk menghilangkan gatal-gatal
pada kulit.
Untuk pencegahan penyakit
TBC sebaiknya ketika batuk dan bersin sambil menutup mulut/hidung dengan sapu
tangan/tisu atau
memakai masker agar virusnya tidak menyebar. Apabila penderita bicara
jangan terlalu dekat dengan lawan bicara. Selain itu, menyarankan untuk
mulai merubah gaya hidup yaitu seperti menghindari merokok dan minum-minuman berakohol karena
dapat merusak dan mengganggu fungsi hati sehingga fungsi hati tidak
semakin memburuk. Bapak X
juga disarankan untuk secara
rutin memantau kesehatan dari fungsi hati. Hal ini dapat dilakukan melalui test
fungsi hati seperti SGOT, SGPT, GGT, serta
bilirubin direct.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar