Kamis, 14 Juni 2012

obat salah dan sub dosis


A.    Ventolin Inhaler
Dalam ventolin inhaler mengandung salbutamol sulfat, dimana merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan beta-adrenergic agonist yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta(2)-adrenergic  yang terdapat didalam adenyl cyclase. Adenyl cyclase merupakan katalis dalam proses perubahan adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic-3', 5'-adenosine monophosphate (cyclic AMP). Mekanisme ini meningkatkan jumlah cyclic AMP yang berdampak pada relaksasi otot polos bronkial serta menghambat pelepasan mediator penyebab reaksi hipersensitivitas dari mast cells.
Komposisi                   : Salbutamol Sulfat
Indikasi                       : Pengobatan & pencegahan asma bronkhial. Pengobatan pada kondisi lain seperti bronkhitis & emfisema, yang berhubungan dengan penyumbatan saluran pernafasan yang bersifat reversibel. Terapi pemeliharaan rutin pada asma kronis dan bronkhitis kronis.  
Kontra indikasi          : Aborsi yang mengancam selama trimester pertama atau kedua masa kehamilan. Toksemia (darah keracunan) saat kehamilan, perdarahan sebelum melahirkan, plasenta previa (uri yang melekat pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi mulut rahim).
Efek Samping : Gemetar halus pada otot rangka, perasaan tegang, vasodilatasi perifer, suatu kompensatori kecil peningkatan irama jantung, sakit kapala, kejang otot sementara, reaksi hipersensitifitas, berpotensi menderita hipokalemia yang serius, hiperaktifitas pada anak-anak. Bronkhospasme paradoksikal.  
Indeks Kemanan pada Wanita Hamil                       : Obat Kategori C:        Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
Dosis   :
Dewasa :
Bronkhospasme akut dan penanganan episode intermiten pada asma : 1-2 hembusan sebagai dosis tunggal. Pemeliharaan menahun atau sebagai pencegahan : 3-4 kali sehari 2 hembusan. Untuk mencegah bronkhospasme yang dipicu oleh latihan/gerak badan yang berlebihan : 2 hembusan sebelum latihan (olahraga)
Anak-anak :
Bronkhospasme akut, penanganan saat asma atau sebelum olahraga : 1 hembusan. Pencegahan atau pemeliharaan rutin : 3-4 kali sehari 1 hembusan. Dosis ini dapat ditingkatkan sampai 2 hembusan jika perlu.  
Penggunaan inhalasi   : Informasikan kepada pasien tentang cara penggunaan, pembersihan/perawatan dan penyimpanan inhaler dan spacer (bila pasien menggunakan spacer). Kocok inhaler setiap kali sebelum dipakai. Hindari semprotan ke dalam mata. Lakukan test semprotan ke udara pertama kali sebelum digunakan. Bila inhaler tidak digunakan dalam waktu >2 minggu, lakukan 4 kali semprotan dulu ke udara sebelum digunakan.  Kumur mulut dengan air setelah inhalasi. Diberitahukan kepada pasien untuk segera menghubungi dokter bila dijumpai efek-efek samping atau kondisi yang bertambah parah.
Contoh Obat inhaler  : Beklometason (Becotide inhaler), Budenoside (Rhinocort inhaler), Salbutamol (Ventolin inhaler, Combifen inhaler)
 (Anonoim, 2012)

B.     Parasetamol
Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik
Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins dengan mengganggu enzim cyclooksigenase (COX). Parasetamol menghambat kerja COX pada sistem syaraf pusat yang tidak efektif dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi. Kemampuan menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan otak inilah yang membuat paracetamol dapat mengurangi rasa sakit kepala dan dapat menurunkan demam tanpa menyebabkan efek samping,tidak seperti analgesik-analgesik lainnya.
Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonyugasi.
Komposisi       :Tiap tablet mengandung Parasetamol 500 mg.
Indikasi          :Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot. Serta menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Efek samping             :Pada dosis yang direkomendasikan, parasetamol tidak mengiritasi lambung, mempengaruhi koagulasi darah, atau mempengaruhi fungsi ginjal. Namun, pada dosis besar (lebih dari 2000 mg per hari) dapat meningkatkan resiko gangguan pencernaan bagian atas. Hingga tahun 2010, parasetamol dipercaya aman untuk digunakan selama masa kehamilan.
Dosis:
Dibawah 1 tahun         : 1 sendok teh atau 60 – 120 mg, tiap 4 – 6 jam.
1 – 5 tahun                  : 1 – 2 sendok teh atau 120 – 250 mg, tiap 4 – 6 jam.
6 – 12 tahun                :2 – 4 sendok teh atau 250 – 500 mg, tiap 4 – 6 jam.
Diatas 12 tahun           :1 g tiap 4 jam, maksimum 4 g sehari.
Cara penggunaan obat         : melalui mulut (per oral).
Contoh obat               : Biogesic, Bodrex, Panadol, Pyex, Sanmol (Anonom, 2012)



IV.             MONITORING
Terapi farmakologi dan non farmakologi ini akan memberi efek lebih optimal dengan adanya faktor kepatuhan dari pasien dalam menjalankan terapi. Pasien diharapkan memiliki kesadaran dalam mengkonsumsi obat yang diberikan. Hal ini tentu saja memerlukan perhatian dari keluarga pasien yang setiap saatdapat memantau perkembangan terapi pada pasien.
Tujuan monitoring sendiri pada terapi pengobatan ini tidak lain yaitu untuk memaksimalkan efek terapi serta meminimalkan efek samping obat, asma yang diderita Bapak TR apakah sudah benar atau belum dengan obat yang dikonsumsinya.
Untuk mengukur efektivitas  terapi, hal-hal berikut harus di monitor :
·      Penyebab asma
·      Kerusakan target organ: paru-paru,
·      Interaksi obat dan efek samping
·      Kepatuhan pasien

1.      Penyebab asma
Sampai saat ini penyebab penyakit asma belum diketahui secara pasti meski telah banyak penelitian oleh para ahli. Teori atau hipotesis mengenai penyebab seseorang mengidap asma masih belum disepakati para ahli di dunia kesehatan.
Namun demikian yang dapat disimpulkan adalah bahwa pada penderita asma, saluran pernapasannya memiliki sifat yang khas yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan (bronchial hyperreactivity = hipereaktivitas saluran napas) seperti polusi udara (asap, debu, zat kimia), serbuk sari, udara dingin, makanan, hewan berbulu, tekanan jiwa, bau atau aroma menyengat (misalnya: parfum).
Asap rokok, tekanan jiwa, alergen pada orang normal tidak menimbulkan asma tetapi pada penderita asma, rangsangan tersebut dapat menimbulkan serangan.
Selain itu terjadinya serangan asma juga dapat terjadi sebagai akibat saat penderita mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) baik flu ataupun sinisitis. Serangan penyakit asma juga bisa dialami oleh beberapa wanita di masa siklus menstruasi, namun hal ini sangat jarang sekali.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma dapat terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk.
Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.

2.      Kerusakan target organ: paru-paru
Secara umum, pengertian penyakit asma adalah suatu jenis penyakit gangguan pernapasan khususnya pada paru-paru. Asma merupakan suatu penyakit yang dikenal dengan penyakit sesak napas yang dikarenakan adanya penyempitan pada saluran pernapasan karena adanya aktivitas berlebih yang disebabkan oleh suatu rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan pada pembuluh darah dan udara yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga dada.
Umumnya seseorang yang menderita sesak napas atau asma bersifat sementara dan dapat sembuh seperti sedia kala dengan atau tanpa bantuan obat.
Paru-paru kita digunakan untuk menghirup udara dengan iritasi, seperti bakteri, virus, serbuk sari, dan debu, sepanjang hari setiap hari, Pada kebanyakan orang biasanya reaksi inflamasi tidak terjadi.
Tetapi saluran udara di paru-paru penderita asma lebih sensitif terhadap banyak hal-hal ini, dan sistem kekebalan tubuh pada penderita asma ini bereaksi berlebihan dengan melepaskan berbagai jenis sel dan bahan kimia lainnya ke saluran udara.

3.      Interaksi obat dan efek samping
Penanganan dan pemberian obat-obatan kepada penderita asma adalah tindakan mengatasi serangan yang timbul yang mana disesuaikan dengan tingkat keparahan dari tanda dan gejala itu sendiri. Interaksi obat dan efek samping yang dialami pada penderita asma setelah terapi vontolin inhalasi adalah mengalami gejala pusing. Karena  efek samping tersebut maka Bapak TR diberi parasetamol untuk mengatasi pusing yang dialami.
Bapak TR juga disarankan  untuk menyediakan atau menyimpan obat hirup (Ventolin Inhaler) dimanapun beliau berada agar dapat membantu melonggarkan saluran pernafasan saat serangan asma terjadi.

4.      Kepatuhan pasien
Suatu serangan penyakit asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati penyakit asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda. Pasien asma juga dianjurkan untuk memeriksakan diri secara teratur ke dokter. Karena bisa saja kondisi penyakit bertambah ringan atau sebaliknya sehingga baik obat maupun cara hidup perlu disesuaikan. Juga disarankan untuk membawa ventolin inhaler kemanapun, agar dapat membantu melonggarkan saluran pernapasan saat serangan asma terjadi.
 Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan asma itu sendiri. Setiap penderita umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-hal yang menjadi pemicu serangan asmanya.
Setelah terjadinya serangan asma, penderita akan merasa sudah dapat bernafas lega akan tetapi disarankan untuk meneruskan pengobatannya sesuai obat dan dosis yang diberikan oleh dokter.


V.             KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI
CARA PEMAKAIAN VENTOLIN INHALER :
1.      Lepaskan penutup dari mouth piece
2.      Kemudian kocoklah inhaler, supaya obat merata campurannya.
3.      Pegang inhaler 2,5 – 5 cm di depan mulut. Keluarkan napas maksimal tetapi perlahan-lahan.
4.      Letakan mouth piece dalam mulut dan rapatkan bibir anda.
5.      Bersamaan dengan anda menarik napas, tekanlah inhaler sambil terus bernapas secara perlahan-lahan dan dalam. Lepaskan mouth piece dari mulut anda.
6.      Tahan napas untuk 10 detik hitungan, atau selama mungkin sebelum mengeluarkan napas secara perlahan-lahan.
7.      Untuk sediaan inhalasi, kocok dulu sebelum digunakan dan buang 4 semprotan pertama jika menggunakan inhaler baru atau inhaler yang sudah tidak terpakai selama lebih dari 2 minggu.
8.      Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol supaya tenggorokan dan mulut tidak kering.
9.      Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka beri jarak waktu minimal 1 menit untuk setiap hisapan.
Kontraindikasi dari obat ini adalah untuk penderita yang hipersensitif terhadap salbutamol. Adapun efek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain: gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit kepala, kejang, insomnia); nyeri dada; mual, muntah; diare; anorexia; mulut kering; iritasi tenggorokan; batuk; gatal; dan ruam pada kulit (skin rush).  
Untuk penderita asma yang disertai dengan penyakit lainnya seperti: hipertiroidisme, diabetes mellitus, gangguan jantung termasuk insufisiensi miokard maupun hipertensi, perlu adanya pengawasan yang lebih ketat karena penggunaan salbutamol bisa memperparah keadaan dan meningkatkan resiko efek samping.
INFORMASI PENYIMPANAN :
Simpan obat pada suhu kamar agar stabil (aerosol: 15-25o C; inhalasi cair: 2-25o C dan sirup: 2-30o C)
7 JENIS MAKANAN YANG HARUS DIHINDARI BAGI PENDERITA ASMA :
Salah satu zat yang diketahui berkaitan erat dengan serangan asma adalah sulfit. Sensitifitas terhadap sulfit pada umumnya hanya terbatas pada penderita asma yang bergantung pada obat steroid.
Makanan yang mengandung sulfit dapat memicu serangan asma pada 20 persen orang penderita asma. Sulfit terdapat dalam makanan sebagai hasil dari fermentasi dan ditemukan dalam makanan olahan.
1.            Jus Lemon atau Limun Buatan
Meminum lemon atau air jeruk nipis sungguhan jauh lebih bagus. Meskipun sedikit merepotkan, tetapi rasanya lebih segar dan penderta asma dapat bernapas lebih lega.
2.            Bir, Anggur, dan Minuman Fermentasi Lain
Minuman semacam ini akan menyebabkan kesulitan bernapas pada penderita asma setelah dikonsumsi. Kandungan sulfitnya lah yang menyebabkannya.
3.            Buah atau Sayuran Kering
Selain buah-buahan kering seperti kismis, nanas, aprikot dan cranberry, makanan lain yang harus dihindari adalah ceri maraschino dan guacamole, makanan tradisional Meksiko yang terbuat dari bahan dasar alpukat, ditambah dengan lemon dan garam.
4.            Acar
Acar dan paprika sebaiknya dihindari jika sensitif terhadap sulfit.
5.            Kentang
Makanan seperti kentang goreng dan kentang kering juga mengandung sulfit, jadi berhati-hatilah. Menu kentang dapat diganti dengan menu yang lebih sehat dengan kentang manis panggang atau kentang panggang dengan ditambahi minyak zaitun.
6.            Udang
Udang beku juga mengandung sulfit. Sulfit digunakan sebagai zat tambahan untuk mencegah munculnya bintik-bintik hitam pada udang. Akan lebih baik jika mengkonsumsi udang segar. Meskipun mungkin lebih mahal, tapi akan membuat penderita asma merasa lebih baik untuk jangka panjang.
7.            Makanan Lain yang Mengandung Sulfit
Makanan lain yang mengandung sulfit adalah asparagus, daun bawang, pati jagung, telur, bawang putih, selada, sirup maple, salmon, produk kedelai dan tomat.
Adapun usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain :
·            Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya.
Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat.
Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan.
Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam. Untuk seorang yang menderita penyakit asma disarankan untuk lebih sering berolahraga,dan untuk olahraga yang disarankan yaitu olahraga renang karena renang dapat membantu pernapasan sehinnga asma tidak sering kambuh.
·            Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari.
Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah.
Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.
·            Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma.
Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak.
Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan penyakit asma.
Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus dihindari.
Perhatikan obat-obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.
·            Menggunakan obat-obat antipenyakit asma
Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang, penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi bila ingin agar gejala penyakit asmanya cepat hilang, jelas aerosol lebih baik.
Pada serangan yang lebih berat, bila masih mungkin dapat menambah dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid.
Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah serangan penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan penyakit asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator dan steroid sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar