Kamis, 14 Juni 2012

ibu menyusui

I.        DESKRIPSI KASUS
Ny.FS mempunyai bayi berusia 4 bulan yang masih disusui secara ekslusif. Saat ini Ny.Fs sering mengalami keputihan dan oleh dokter diberikan terapi Metronidazol 500mg 3xsehari selama 5 hari. Selain itu Ny.FS juga mengeluhkan migrain dan meminta diberikan saran untuk mengatasinya.
II.        PEMBAHASAN
Pada kasus tersebut, dikatakan sang ibu sedang menyusui bayi berusia 4 bulan dan mengeluhkan keputihan. Oleh dokter, ibu tersebut saat ini sedang diberi terapi obat Metronidazole 500mg untuk mengatasi keputihan yang dideritanya. Selain keputihan, ibu tersebut juga mengeluhkan sakit kepala sebelah atau migrain. Untuk mengatasi kasus tersebut, kami menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assasment, Plan).
Subjective di sini meliputi data tentang apa yang dirasakan pasien atau apa yang dapat diamati tentang pasien. Hal ini merupakan gambaran apa adanya mengenai kondisi pasien yang diperoleh dengan cara mengamati, berbicara, dan berespon dengan pasien. Objective di sini merupakan data tentang riwayat pasien yang terdokumentasi pada catatan medik dan hasil berbagai uji dan evaluasi klinik meliputi  tanda-tanda vital, hasil test lab, hasil uji fisik, hasil radiografi, CT scan, ECG, dan lain-lain. Obat yang digunakan sekarang termasuk dalam data obyektif dimana harus dikaitkan dengan problem kesehatan pasien. Pada bagian assasment meliputi apakah suatu problem yang muncul dalam terapi pengobatan disebabkan karena obat atau tidak (adverse reaction atau karena penyakit) sehingga dapat menentukan rencana terapi. Selain itu diamati juga apakah terapi obat memang dibutuhkan atau cukup dgn nondrug therapy atau terapi non-farmakologi dan jika pasien sudah menerima terapi obat, harus dievaluasi ketepatannya.
Pada bagian plan hal-hal yang akan dilakukan terhadap pasien, meliputi macam treatment yang diberikan, termasuk obat yang harus dihindari, parameter pemantauan (terapi dan toksisitas) dan endpoint therapy sedangkan  informasi pada pasien.
Pilihan terapi pengobatan pada ibu menyusui harus tepat karena berkaitan dengan bayi yang disusuinya. Obat-obat yang dikonsunsi oleh ibu menyusui dapat masuk ke ASI dan dikonsumsi oleh bayi. Kadar obat dalam ASI dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain Gradien pH plasma dan ASI, pKa obat dimana obat-obatan asam akan terionisasi pada pH basa sehingga kadar obat lebih banyak di plasma, sedangkan obat-obat yang bersifat basa akan terionisasi dalam keadaan asam sehingga kadar obat akan lebih banyak di ASI, faktor selanjutnya yang mempengaruhi kadar obat dalam ASI adalah ikatan protein, dimana obat-bat yang dapat terikat oleh protein, maka kadar obat dalam plasma lebih besar dari pada kadar obat dalam ASI. Faktor terakhir yang mempengaruhi kadar obat dalam ASI adalah lipofilisitas, dimana
Dalam kasus tersebut yang dapat masuk ke dalam subjective adalah seorang ibu yang sedang menyusui bayi berusia 4 bulan. Ibu tersebut mengeluhkan keputihan dan juga sakit kepala sebelah atau biasa disebut migraine. Keputihan secara umum adalah keluarnya cairan kental dari vagina yang bisa saja terasa gatal, rasa panas atau perih, kadang berbau, atau malah tidak merasa apa-apa. Kondisi ini terjadi karena tergangggunya keseimbangan flora normal dalam vagina, dengan berbagai penyebab. Kandidiasis dikenal juga sebagai keputihan atau Pek Tay. Infeksi ini disebabkan oleh jamur Candida albicans. Migrain adalah suatu penyakit yang berbeda dengan sakit kepala. Migrain atau biasa disebut migren berhubungan dengan pelebaran pembuluh darah di kepala. Migrain sampai terasa nyeri karena biasanya disertai oleh reaksi peradangan di area kepala. Rasa berdenyut yang dirasakan oleh penderita migraine adalah akibat dari perubahan vasokonstriksi ke vasodilatasi. Sedangkan pada sakit kepala, lebih ke keadaan ketegangan otot.
Pada kasus tersebut, sang ibu juga mengeluhkan migraine. Migrain yang terjadi pada ibu menyusui dapat terjadi antara lain karena dehidrasi atau kurang cairan akibat cairan yang dikeluarkan tubuh melalui ASI, bisa juga karena kurang tidur karena hadirnya bayi terkadang membuat sang ibu harus menyusui di malam hari. Salah posisi menyusui, dimana posisi menyusui saat duduk atau berbaring tidak tepat, sehingga menekan saraf-saraf di leher dan kepala dan menyebabkan kontraksi yang memicu sakit kepala. Selain itu dapat disebabkan pula sang ibu tegang atau stress dan berbakat migrain.
Pada bagian obyektif meliputi terapi yang sedang diberikan kepada ibu tersebut yaitu Metronidazole 500mg 3x sehari selama 5 hari. Metronidazole memiliki spectrum anti-protozoa dan antibacterial yang luas. Berkhasiat kuat terhadap semua bentuk entamoeba, juga terhadap protozoa pathogen anaerob lainnya, seperti Trichomonas dan Giardia. Obat ini juga aktif terhadap semua coccid an basil anaerob gram positif dan gram negative, tetapi tidak aktif terhadap kuman aerob. Metronidazole berkhasiat amebisid jaringan kuat dan amebisid kontak lemah, karena resorpsinya di usus yang cepat sehingga kadar dalam rongga usus tidak sempat mencapai kadar terapeutik tinggi (Tjay, Tan Hoan. 2010).
Mekanisme kerja dari metronidazole yaitu Metronidazol bekerja dengan cara merusak membrane sel dan juga menghambat sintesis DNA pada T vaginalis and Clostridium bifermentans. Berdasarkan perintangan sintesis asam nukleinat setelah direduksi oleh enzim yang terdapat pada bakteri anaerob. Efek mutagennya diperkirakan juga berdasarkan mekanisme ini. (Katzung, )

Pada bagian assasment, keputihan yang terjadi kemungkinan diakibatkan oleh suatu bakteri. Metronidazole yang diberikan mengandung metronidazole 500 mg 3x sehari, metronidazole ini berfungsi sebagai antimikroba yang disebabkan oleh bakteri anaerob. Hampir semua obat yang dikonsumsi oleh ibu yang sedang menyusui akan dikeluarkan juga melalui ASI, baik dalam kadar rendah atau pun kadar tinggi sehingga obat tersebut dapat masuk ke tubuh bayi. Dalam kasus ini, metronidazole yang diberikan secara oral kemungkinan besar akan masuk ke ASI. Hal ini dikarenakan obat tersebut bersifat basa, sehingga dapat terionisasi dalam suasana asam. Dengan kata lain, kadar obat ini akan lebih banyak terkandung dalam ASI dari pada di plasma. Maka dari itu, metronidazole yang diberikan secara oral tidak cocok untuk ibu menyusui.
Pada bagian planning, untuk keputihan yang dikeluhkan oleh ibu tersebut dapat diberikan metronidazole dengan bentuk sediaan ovula. Hal ini untuk meminimalisasikan kadar obat yang masuk ke ASI. Walaupun sediaan ovula tersebut merupakan bentuk sediaan topical, telah diketahui ternyata sediaan ovula tersebut prinsip kerjanya sama dengan suppositoria dimana obat juga dapat masuk ke dalam aliran darah atau sistemik sehingga kemungkinan dapat juga masuk ke ASI meskipun lebih kecil dari pada sediaan oral.
Untuk meminimalisasi keadaan tersebut sang ibu dapat menggunakan obat tersebut setelah menyusui bayinya atau sebelum bayi tidur dalam waktu yang lama sehingga kadar obat dalam ASI adalah yang paling rendah. Jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, maka sebelum mengkonsumsi obat, ibu tersebut dapat menampung ASI terlebih dahulu lalu disimpan di dalam lemari es jika ibu tidak menghendaki bayinya diberikan susu formula. Dan apabila memang diharapkan sama sekali tidak ada kadar obat yang masuk ke ASI, maka dapat disarankan penggunaan pembersih kewanitaan yang topikal seperti Betadine Feminim Hygiene.
Untuk mengatasi keluhan dari ibu tersebut yang mengeluhkan migrain, dapat diberikan paracetamol 500mg 1 tablet tiga sampai empat kali sehari, maksimal empat kali sehari untuk mengatasi keluhan migrain. Pada bulan Januari 1994, The American Academy of Pediatrics telah mengeluarkan daftar obat yang bisa dan aman diberikan pada ibu menyusui antara lain Acetaminophen atau paracetamol.
Paracetamol adalah salah satu obat golongan analgetik non narkotik. Paracetamol yang merupakan derivate-asetanilida adalah metabolit dari fenasetin yang banyak digunakan sebagai analgetikum. Khasiatnya analgetik dan antipiretik yang paling aman tetapi tidak antiradang. Paracetamol mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi system syaraf pusat atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Daya antipiretisnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hypothalamus yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor yang disertai keluarnya banyak keringat (Tjay, Tan Hoan. 2010).

Terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk mengatasi keputihan antara lain dapat dilakukan pencegahan yaitu :
1.      Membersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH di sekitar vagina. Salah satunya produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar susu. Produk seperti ini mampu menjaga seimbangan pH sekaligus meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang tak bersahabat. Sabun antiseptik biasa umumnya bersifat keras dan dapat flora normal di vgina. Ini tidak menguntungkan bagi kesehatan vgina dalam jangka panjang.
2.      Menghindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang di tempat itu.
3.      Selalu mengeringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
4.      Menggunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab, usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai.
5.      Mengunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun. Celana dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana disekitar organ intim panas dan lembab.
6.      Pakaian luar juga perlu diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-porinya sangat rapat.
7.      Ketika haid, sering-sering berganti pembalut.
8.      Mengunakan patty liner disaat perlu saja.
Sedangkan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan oleh pasien untuk mengurangi gejala migrain daiantaranya ialah :
1.      Tidur yang cukup, karena dengan kualitas tidur yang baik dapat mengurangi datangnya sakit kepala akibat migrain.
2.      Hindari puasa, karena puasa kemungkinan bisa memicu sakit kepala akibat migrain yang disebabkan dirilisnya hormon terkait stress dan menurunnya gula darah.
3.      Tidak mengkonsumsi kafein, karena kafein dapat meningkatkan kewaspadaan, menyebabkan insomnia, kecemasan, mudah tersinggung dan sakit kepala dalam dosis yang tinggi.
4.      Menghindari makanan yang berupa cokelat, anggur, tiramin, MSG (Monosodium glutamat), nitrit, aspartame. Karena cokelat, anggur, tiramin, MSG nitrit dan aspartame dapat memicu timbulnya sakit kepala akibat migrain

2 komentar:

  1. berarti intinya apoteker harus mengganti obat yang d resepkan dokter donx ?? emang dokternya mau ?

    BalasHapus
  2. Harrah's casino to go public - Aljordan14 retromegabit
    Harrah's will not run get air jordan 18 retro a casino in the Ak-Chin where can you buy air jordan 18 retro men red area. The casino air jordan 18 retro red suede super site will have jordan 18 white royal blue outlet a gaming floor at Harrah's in Ak-Chin Village. 장원 주소

    BalasHapus