I.
DESKRIPSI
KASUS
Ny.FS mempunyai bayi berusia 4 bulan
yang masih disusui secara ekslusif. Saat ini Ny.Fs sering mengalami keputihan
dan oleh dokter diberikan terapi Metronidazol 500mg 3xsehari selama 5 hari.
Selain itu Ny.FS juga mengeluhkan migrain dan meminta diberikan saran untuk
mengatasinya.
II.
PEMBAHASAN
Pada kasus tersebut, dikatakan sang ibu
sedang menyusui bayi berusia 4 bulan dan mengeluhkan keputihan. Oleh dokter,
ibu tersebut saat ini sedang diberi terapi obat Metronidazole 500mg untuk mengatasi
keputihan yang dideritanya. Selain keputihan, ibu tersebut juga mengeluhkan
sakit kepala sebelah atau migrain. Untuk mengatasi kasus tersebut, kami
menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assasment, Plan).
Subjective di sini meliputi data tentang apa yang dirasakan pasien
atau apa yang dapat diamati tentang pasien. Hal ini merupakan gambaran apa
adanya mengenai kondisi pasien yang diperoleh dengan cara mengamati, berbicara,
dan berespon dengan pasien. Objective di sini merupakan data tentang riwayat pasien yang terdokumentasi pada catatan medik dan hasil
berbagai uji dan evaluasi klinik meliputi
tanda-tanda vital, hasil test lab, hasil uji fisik, hasil radiografi, CT
scan, ECG, dan lain-lain. Obat yang digunakan sekarang termasuk dalam data
obyektif dimana harus dikaitkan dengan problem kesehatan pasien. Pada bagian
assasment meliputi apakah suatu problem yang muncul dalam terapi pengobatan
disebabkan karena obat atau tidak (adverse reaction atau karena
penyakit) sehingga dapat menentukan rencana terapi. Selain itu diamati juga
apakah terapi obat memang dibutuhkan atau cukup dgn nondrug therapy atau terapi non-farmakologi dan jika
pasien sudah menerima terapi obat, harus dievaluasi ketepatannya.
Pada bagian plan hal-hal yang akan
dilakukan terhadap pasien, meliputi macam treatment yang diberikan, termasuk
obat yang harus dihindari, parameter pemantauan (terapi dan toksisitas) dan endpoint
therapy sedangkan informasi pada
pasien.
Pilihan terapi pengobatan pada ibu
menyusui harus tepat karena berkaitan dengan bayi yang disusuinya. Obat-obat
yang dikonsunsi oleh ibu menyusui dapat masuk ke ASI dan dikonsumsi oleh bayi.
Kadar obat dalam ASI dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain Gradien
pH plasma dan ASI, pKa obat dimana obat-obatan asam akan terionisasi pada pH
basa sehingga kadar obat lebih banyak di plasma, sedangkan obat-obat yang
bersifat basa akan terionisasi dalam keadaan asam sehingga kadar obat akan
lebih banyak di ASI, faktor selanjutnya yang mempengaruhi kadar obat dalam ASI
adalah ikatan protein, dimana obat-bat yang dapat terikat oleh protein, maka
kadar obat dalam plasma lebih besar dari pada kadar obat dalam ASI. Faktor terakhir yang mempengaruhi kadar obat dalam ASI adalah
lipofilisitas, dimana
Dalam kasus tersebut yang dapat masuk ke
dalam subjective adalah seorang ibu yang sedang menyusui bayi berusia 4 bulan.
Ibu tersebut mengeluhkan keputihan dan juga sakit kepala sebelah atau biasa
disebut migraine. Keputihan secara umum adalah keluarnya cairan kental dari vagina yang bisa
saja terasa gatal, rasa panas atau perih, kadang berbau, atau malah tidak
merasa apa-apa. Kondisi ini terjadi karena tergangggunya keseimbangan flora
normal dalam vagina, dengan berbagai penyebab. Kandidiasis dikenal juga sebagai
keputihan atau Pek Tay. Infeksi ini disebabkan oleh jamur Candida albicans. Migrain adalah suatu
penyakit yang berbeda dengan sakit kepala. Migrain atau biasa disebut migren
berhubungan dengan pelebaran pembuluh darah di kepala. Migrain sampai terasa
nyeri karena biasanya disertai oleh reaksi peradangan di area kepala. Rasa
berdenyut yang dirasakan oleh penderita migraine adalah akibat dari perubahan
vasokonstriksi ke vasodilatasi. Sedangkan pada sakit kepala, lebih ke keadaan
ketegangan otot.
Pada kasus tersebut, sang ibu juga
mengeluhkan migraine. Migrain yang terjadi pada ibu menyusui dapat terjadi
antara lain karena dehidrasi atau kurang cairan akibat cairan yang dikeluarkan
tubuh melalui ASI, bisa juga karena kurang tidur karena hadirnya bayi terkadang
membuat sang ibu harus menyusui di malam hari. Salah posisi menyusui, dimana
posisi menyusui saat duduk atau berbaring tidak tepat, sehingga menekan
saraf-saraf di leher dan kepala dan menyebabkan kontraksi yang memicu sakit
kepala. Selain itu dapat disebabkan pula sang ibu tegang atau stress dan
berbakat migrain.
Pada bagian obyektif
meliputi terapi yang sedang diberikan kepada ibu tersebut yaitu Metronidazole
500mg 3x sehari selama 5 hari. Metronidazole memiliki spectrum anti-protozoa
dan antibacterial yang luas. Berkhasiat kuat terhadap semua bentuk entamoeba,
juga terhadap protozoa pathogen anaerob lainnya, seperti Trichomonas dan
Giardia. Obat ini juga aktif terhadap semua coccid an basil anaerob gram
positif dan gram negative, tetapi tidak aktif terhadap kuman aerob. Metronidazole
berkhasiat amebisid jaringan kuat dan amebisid kontak lemah, karena resorpsinya
di usus yang cepat sehingga kadar dalam rongga usus tidak sempat mencapai kadar
terapeutik tinggi (Tjay, Tan Hoan. 2010).
Mekanisme
kerja dari metronidazole yaitu Metronidazol bekerja dengan cara
merusak membrane sel dan juga menghambat sintesis DNA pada T
vaginalis and Clostridium bifermentans. Berdasarkan perintangan sintesis
asam nukleinat setelah direduksi oleh enzim yang terdapat pada bakteri anaerob.
Efek mutagennya diperkirakan juga berdasarkan mekanisme ini. (Katzung, )
Pada bagian assasment, keputihan yang
terjadi kemungkinan diakibatkan oleh suatu bakteri. Metronidazole yang
diberikan mengandung metronidazole 500 mg 3x sehari, metronidazole ini
berfungsi sebagai antimikroba yang disebabkan oleh bakteri anaerob. Hampir
semua obat yang dikonsumsi oleh ibu yang sedang menyusui akan dikeluarkan juga
melalui ASI, baik dalam kadar rendah atau pun kadar tinggi sehingga obat
tersebut dapat masuk ke tubuh bayi. Dalam kasus ini, metronidazole yang
diberikan secara oral kemungkinan besar akan masuk ke ASI. Hal ini dikarenakan
obat tersebut bersifat basa, sehingga dapat terionisasi dalam suasana asam.
Dengan kata lain, kadar obat ini akan lebih banyak terkandung dalam ASI dari
pada di plasma. Maka dari itu, metronidazole yang diberikan secara oral tidak
cocok untuk ibu menyusui.
Pada bagian planning, untuk keputihan
yang dikeluhkan oleh ibu tersebut dapat diberikan metronidazole dengan bentuk
sediaan ovula. Hal ini untuk meminimalisasikan kadar obat yang masuk ke ASI.
Walaupun sediaan ovula tersebut merupakan bentuk sediaan topical, telah
diketahui ternyata sediaan ovula tersebut prinsip kerjanya sama dengan
suppositoria dimana obat juga dapat masuk ke dalam aliran darah atau sistemik
sehingga kemungkinan dapat juga masuk ke ASI meskipun lebih kecil dari pada
sediaan oral.
Untuk meminimalisasi keadaan tersebut
sang ibu dapat menggunakan obat tersebut setelah menyusui bayinya atau sebelum
bayi tidur dalam waktu yang lama sehingga kadar obat dalam ASI adalah yang
paling rendah. Jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, maka sebelum
mengkonsumsi obat, ibu tersebut dapat menampung ASI terlebih dahulu lalu
disimpan di dalam lemari es jika ibu tidak menghendaki bayinya diberikan susu
formula. Dan apabila memang diharapkan sama sekali tidak ada kadar obat yang
masuk ke ASI, maka dapat disarankan penggunaan pembersih kewanitaan yang
topikal seperti Betadine Feminim Hygiene.
Untuk mengatasi keluhan dari ibu
tersebut yang mengeluhkan migrain, dapat diberikan paracetamol 500mg 1 tablet
tiga sampai empat kali sehari, maksimal empat kali sehari untuk mengatasi
keluhan migrain. Pada bulan Januari 1994, The American Academy of Pediatrics
telah mengeluarkan daftar obat yang bisa dan aman diberikan pada ibu menyusui
antara lain Acetaminophen atau paracetamol.
Paracetamol adalah salah satu obat
golongan analgetik non narkotik. Paracetamol yang merupakan
derivate-asetanilida adalah metabolit dari fenasetin yang banyak digunakan
sebagai analgetikum. Khasiatnya analgetik dan antipiretik yang paling aman
tetapi tidak antiradang. Paracetamol mampu meringankan atau menghilangkan rasa
nyeri tanpa mempengaruhi system syaraf pusat atau menurunkan kesadaran, juga
tidak menimbulkan ketagihan. Daya antipiretisnya berdasarkan rangsangan
terhadap pusat pengatur kalor di hypothalamus yang mengakibatkan vasodilatasi
perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor yang disertai
keluarnya banyak keringat (Tjay, Tan Hoan. 2010).
Terapi nonfarmakologi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi keputihan antara lain dapat dilakukan pencegahan
yaitu :
1.
Membersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu
kestabilan pH di sekitar vagina. Salah satunya produk pembersih yang terbuat
dari bahan dasar susu. Produk seperti ini mampu menjaga seimbangan pH sekaligus
meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang tak
bersahabat. Sabun antiseptik biasa umumnya bersifat keras dan dapat flora
normal di vgina. Ini tidak menguntungkan bagi kesehatan vgina dalam jangka
panjang.
2.
Menghindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan
agar vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel
halus yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang
di tempat itu.
3.
Selalu mengeringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
4.
Menggunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau
lembab, usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai.
5.
Mengunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat,
seperti katun. Celana dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana
disekitar organ intim panas dan lembab.
6.
Pakaian luar juga perlu diperhatikan. Celana jeans tidak
dianjurkan karena pori-porinya sangat rapat.
7.
Ketika haid, sering-sering berganti pembalut.
8.
Mengunakan patty liner disaat perlu saja.
Sedangkan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan oleh pasien
untuk mengurangi gejala migrain daiantaranya ialah :
1.
Tidur
yang cukup, karena dengan kualitas tidur yang baik dapat mengurangi datangnya
sakit kepala akibat migrain.
2.
Hindari
puasa, karena puasa kemungkinan bisa memicu sakit kepala akibat migrain yang
disebabkan dirilisnya hormon terkait stress dan menurunnya gula darah.
3.
Tidak
mengkonsumsi kafein, karena kafein dapat meningkatkan kewaspadaan, menyebabkan
insomnia, kecemasan, mudah tersinggung dan sakit kepala dalam dosis yang
tinggi.
4.
Menghindari
makanan yang berupa cokelat, anggur, tiramin, MSG (Monosodium glutamat),
nitrit, aspartame. Karena cokelat, anggur, tiramin, MSG nitrit dan aspartame
dapat memicu timbulnya sakit kepala akibat migrain
berarti intinya apoteker harus mengganti obat yang d resepkan dokter donx ?? emang dokternya mau ?
BalasHapusHarrah's casino to go public - Aljordan14 retromegabit
BalasHapusHarrah's will not run get air jordan 18 retro a casino in the Ak-Chin where can you buy air jordan 18 retro men red area. The casino air jordan 18 retro red suede super site will have jordan 18 white royal blue outlet a gaming floor at Harrah's in Ak-Chin Village. 장원 주소