Kamis, 14 Juni 2012

OD dan ROTD


III. KASUS
            Seorang anak berusia 4 tahun sakit batuk dan demam. Ibunya membawa ke dokter dan mendapatkan obat sebagai berikut
            R/ Amoxycillin syr                  fl.1
                        s3ddcth 1
            R/ GG                                                             mg 30
                  CTM                                              mg 2,5
                  PCT                                               mg 125
                        mfla pulv dtd no XV
                        s4 dd pulv 1
Setelah sehari mengkonsumsi obat, anak tersebut justru lemas, tidur terus dan tidak mau makan. Ibu anak tersebut cemas dengan keadaan anaknya dan datang ke apotek untuk berkonsultasi. Sebagai seorang  AA yang sedang bertugas, Bagaimana anda mengatasi masalah tersebut?



IV. PEMBAHASAN
Analisis DRP perlu dilakukan sebagai cara untuk mengetahui hambatan-hambatan atau kesalahan dalam terapi pasien dimana pemberian obat menghasilkan efek yang bertentangan dengan outcome yang diinginkan. DRP dibagi dalam beberapa kategori seperti terapi tanpa indikasi,indikasi tidak diterapi,subdosis,over dosis,reaksi obat tidak dikehendaki,obat salah,gagal menerima obat. Penyelesaian DRP diharapkan mampu untuk membantu pasien mendapatkan terapi yang sesuai kebutuhannya dan mendapatkan kesembuhan. Penyelesaian DRP meliputi identifikasi tipe DRP,tujuan terapi,alternatif terapi,rencana farmakoterapi,monitoring, komunikasi dan konseling kepada pasien.
Dari data yang diterima, pasien awalnya mengalami batuk dan demam. Setelah diberi terapi, pasien ternyata justru mengalami lemas, terus tidur, dan tidak mau makan. Dari dokter anak tersebut mendapat resep sebagai berikut :
R/ Amoxycillin syr                  fl.1
                        s3ddcth 1
            R/ GG                                                             mg 30
                  CTM                                              mg 2,5
                  PCT                                               mg 125
                        mfla pulv dtd no XV
                        s4 dd pulv 1
Oleh karena itu ibu anak tersebut cemas dengan keadaan anaknya dan datang ke apotek kami untuk berkonsultasi. Sebagai seorang asisten apoteker kami melakukan skrining resep. Namun resep ini datang ke apotek kami dalam keadaan yang belum diskrining secara teliti oleh apotik lain yang didatangi ibu tersebut sebelumnya sehingga ketika terjadi permasalahan seperti ini kami hanya bisa menyarankan kepada si ibu untuk kembali menghubungi dokter penulis resep namun kami tetap melakukan skrining resep kembali sebagai catatan bagi si ibu kepada dokternya. Skrining yang kita lakukan salah satunya adalah dengan melihat dari dosis lazim atau dosis maximum dari masing-masing obat sehingga diharapkan pemakaian obat-obat yang tertera dalam resep tersebut tidak melebihi dosis ataupun subdosis. Dan setelah dilakukan perhitungan dosis dari masing-masing obat, diketahui bahwa dosis pemakaian pada perhitungan CTM hasilnya adalah tepat dosis. Berikut perhitungannya :
Ø  CTM (-/40mg) *FI III hal. 154
      DM anak 4 th : 1xp = -
                                        1xh = ¼ x 40 mg = 10 mg
      DP anak 4 th : 1xp = 2,5 mg
                                        1xh = 2,5 x 4 = 10 mg
            Menurut kelompok kami kasus Tepat Dosis memiliki potensi OD sangat tinggi. Hal ini dikarenakan sedikit kesalahan saja yang dilakukan semisal kelebihan bahan ketika penimbangan sudah bisa menyebabkan over dosis. Selain itu respon tubuh terhadap suatu obat dengan dosis sama setiap individu berbeda-beda. Seperti pada pasien kali ini, kami menyimpulkan bahwa pemakaian 10 mg pada anak ini terlalu tinggi. Ini dilihat dari kondisi anak setelah minum obat justru timbul gejala baru seperti tidur terus, lemas, dan tidak mau makan. Oleh karena itu,kami menyimpulkan kasus ini termasuk tipe DRP over dosis dan ROTD karena dari perhitungan didapati bahwa CTM over dosis untuk anak usia 4 tahun. CTM menimbulkan reaksi  efek mengantuk, dan karena dosisnya berlebih efek  tersebut meningkat dan menyebabkan pasien  terus mengantuk dan merasa lemas.
            Untuk menyelesaikan masalah ini, kelompok kami menyarankan untuk menurunkan pada dosis CTM. Kemudian kami berkonsultasi pada dokter yang bersangkutan. Dan dengan persetujuan dokter maka dosis diturunkan menjadi 1 mg untuk sekali pakai (tiap 6 jam) dan 4 mg dalam sehari. Keputusan ini berdasarkan Dosis lazim untuk anak usia 2-5 th dalam Iso farmakoterapi hal 478. Digunakannya dosis lazim ini karena dosis lazim yang lebih sering dipakai dalam praktek sehari-hari. Dengan diturunkannya dosis ini, diharapkan anak tidak lagi lemas dan terus tidur.
            Untuk permasalahan lain, seperti timbulnya gejala baru anak tidak mau makan. Maka oleh kelompok kami menambahkan suplemen penambah nafsu makan contohnya Curcuma plus. Alasannya adalah untuk menambah napsu makan dan juga untuk meningkatkan antibodi dari anak itu sendiri. Suplemen lain yang dapat dipakai adalah Scott’s Emulsion. Tetapi, perlu diperhatikan bahwa Scott’s Emulsion merupakan minyak ikan yang mana notabennya anak kurang menyukainya. Sehingga dari kelompok kami menyarankan Curcuma plus dimana produk ini dengan bahan dasar temulawak juga berkhasiat sebagai hepatoprotektor dimana dalam resep mengandung paracetamol yang dapat menyebabkan hepatotoksik.
            Amoxcillin dalam formula ini berkhasiat sebagai antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab batuk. Dalam persediaan ini Amoxiciliin berupa sediaan syrup kering karena amoxiciliin tidak stabil dalam air, sehingga obat baru ditambahkan air saat hendak digunakan. Suspensi amoxiciliin ini akan mengendap dalam penyimpanan yang cukup lama. Sehingga perlu digojok sebelum dipakai. Dan untuk pemakainnya harus sesuai dengan aturan pakai yang diberikan jangan diminum sekaligus dan obat ini hanya boleh dikonsumsi maksimal 7 hari setelah dilarutkan dalam air.
            Gliseril Guaiakolat atau disebut juga Guaifenesin atau lebih dikenal dengan GG adalah derivat-guaiakol disini berfungsi sebagai ekspektoran. Ekspektoran adalah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran napas (ekspektoransi). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan Gliseril Guaiakolat:
- Jangan gunakan lebih dari 7 hari tanpa izin dokter
- Minumlah 1 gelas air setiap minum obat ini
- Tidak diperbolehkan untuk alergi
Adapun mekanismenya adalah dengan merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang kemudian meningkatkan kegiatan kelenjar-sekresi dari saluran lambung-usus & sebagai refleks memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada disaluran napas. Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot, sehingga pemberian GG ini dapat menyebabkan rasa mengantuk. Efek ini memang diharapkan, agar anak dapat beristirahat sehingga demamnya bisa turun.
Parasetamol disini berperan sebagai antipiretik, yaitu untuk menurunkan dari demam si anak dan juga untuk mengurangi rasa nyeri. ParasetamolDescription: F:\parasetamol_files\ir.gif relatif aman digunakan, namun pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati. Risiko kerusakan hati ini diperparah apabila pasien juga meminum alkohol. Penelitian pada tahun 2008 membuktikan bahwa pemberian parasetamol pada usia bayi dapat meningkatkan risiko terjadinya asma pada usia kanak-kanak. Dalam kasus ini anak berusia 4 tahun (usia balita). Jadi, penggunaan parasetamol dalam resep ini aman digunakan.
Sebagai langkah penyelesaian DRP selanjutnya yaitu dilakaukan monitoring gejala yaitu ; suhu tubuh, frekuensi batuk dan konsistensi dahak. Selain itu juga dilakukan komunikasi dan konseling kepada pasien yaitu :
1.      Amoxiciliin harus digojok sebelum diminum agar homogen. Diminum 3 x sehari 1 sendok teh
2.      Amoxicillin harus diminum hingga habis dan pemakainnya tidak boleh lebih dari 7 hari untuk menghindari resistensi.
3.      Suplemen cukup diminum 1 x sehari, di pagi hari.
4.      Menghindari makanan berminyak
5.      Hindari asap rokok atau debu,udara yang terlalu dingin atau terlalu kering
6.      Jika pasien mengalami alergi anjurkan agar ia tidak melakukan aktivitas di luar rumah sepanjang siang hari agar tidak terpapar dengan alergen yang banyak terkandung di udara
7.      Siapkan makanan kesukaan anak untuk membantu membangkitkan selera makan anak,namun pastikan makanan tersebut cukup bergizi
8.      Banyak minum air putih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar