I.
DESKRIPSI
KASUS
Ny X berusia 70 tahun ditemani anaknya datang ke
apotek untuk menebus resep dokter dan membeli antasida karena Ny X mudah
terkena maag. Ny X terlihat
kurang bisa mendengar. Dari
anaknya diperoleh informasi bahwa Ny X sering pusing dan terjatuh pada pagi hari,
dan dia sering susah tidur. Ny X tinggal sendirian di rumah, anaknya
sudah menikah dan sibuk bekerja. Dari anaknya diketahui TD Ny X sebesar 130/90
mmHg.
Resepnya
adalah
R/
Furosemid
40 XX
s1dd
1 tab
R/ Brainact 500 XXX
S 3dd1kap
R/
Diazepam 10 mg X
s prn 1 tab
R/
Parasetamol 500mg X
s 3dd1tab
II.
ANALISA
KASUS
Metode SOAP
Subyektif
:
1. Ny.X
mudah terkena maag
2. Umur
nyonya X 70 tahun
3. Kurang
bisa mendengar
4. Sering
pusing dan terjatuh pada pagi hari
5. Sering
susah tidur
Obyektif
:
1. TD
= 130/90 (prehipertensi)
Resepnya adalah
R/ Furosemid 40 XX
s1dd
1 tab
R/
Brainact 500 XXX
S
3dd1kap
R/
Diazepam 10 mg X
s prn 1 tab
R/
Parasetamol 500mg X
s
3dd1tab
Assesment
:
Dari data subyektif dan obyektif diperoleh informasi
bahwa Ny. X berumur 70 tahun yang sering megeluh menderita maag, dengan tekanan
darah 130/90 mmHg, tekanan darah diperoleh dari anaknya dan pada Tekanan darah
normal lansia wanita sebesar 130/74 mmHg (Toshio dkk,2003), namun perlu
pemeriksaan lagi untuk memastikan tekanan darah Ny. X. Kemudian beliau mengeluhkan sering pusing dan terjatuh pada
pagi hari dan sering susah tidur. Maka oleh dokter, Ny. X diberikan obat:
1.
Furosemid
Furosemid
diberikan karena Ny. X mempunyai tekanan darah tinggi yakni 130/90
mmHg. Furosemid mempunyai
indikasi yakni untuk menurunkan darah/ hipertensi dengan mengurangi volume
darah seluruhnya sehingga tekanan darah menurun. Diberikan dengan dosis 40mg
dengan :
Indikasi : Edema pada jantung, paru, ginjal, pada eklamsia, dan
kehamilan. Asitesis,
hipertensi, hiperkalsemia, komplikasi pada kehamilan.
Kontra Indikasi
: Defisiensi elektrolit, anuria,
koma hepatik, kehamilan muda, hipokalemia, terapi bersama litium.
Efek Samping : Rasa tidak enak di perut, hipotensi ortostatik,gangguan
Gi, penglihatan
kabur, pusing dan sakit kepala (Anonim, 2010).
2.
Brainact 500 XXX
Brainact
(Citicoline
CDP-Choline or cytidine 5' diphosphocholine) mengandung citicoline merupakan asam
nukleat yang merupakan prekursor fosfatidilkolin, yaitu suatu zat gizi penting
untuk integritas dan fluiditas membran sel otak. Brainact merupakan obat yang diberikan untuk
mengatasi gangguan kesadaran yaitu seringnya terjatuh pada
pagi hari dimana usia yang
semakin bertambah mengakibatkan fungsi otak yang berkurang dan
berhubungan dengan hipotensi ortotonsik sehingga pemberian brainact diberikan dengan :
Indikasi : Gangguan kesadaran disebabkan oleh kerusakan sel saraf,trauma
kepala,bedah otak dan infark serebral.Untuk meningkatkan rehabilitasi gangguan
motorik setelah apopleksi serebral.Gangguan fungsi kognitif pada lanjut usia.
Efek
Samping : Sakit pada perut (epigastric distress), mual, kemerahan pada
kulit, sakit kepala dan pusing
(Anonim, 2010).
3.
Diazepam
Pengobatan
diazepam 10 mg 1 kali sehari jika perlu yang digunakan sebagai sedatif. Obat sedatif adalah jenis
obat-obatan yang memberikan efek tidur dengan cara memberikan rasa tenang
kepada orang yang mengkonsumsinya. Dokter memberikan obat ini bermaksud agar Ny. X dapat beristirahat
dengan baik, namun dalam pemberian dosis yang diberikan terlalu besar yakni
10mg, dimana pada status epillepticus dewasa dan anak-anak di atas usia 5 tahun
10mg (Tjay
hoan tan dan rahardja kirana,2007). Serta pemberian dosis yang terlalu besar akan menghasilkan efek
anestesi.
Indikasi
: untuk
memperpendek atau mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang
berlebihan,.Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga dapat
digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. dizepam digunakan
sebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain.
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, pasien koma, depresi SSP yang sudah ada
sebelumnya, nyeri
berat tak terkendali, glaukoma sudut sempit, kehamilan atau laktasi.
Efek Samping : Efek samping yang sering terjadi : pusing, mengantuk. Efek samping yang jarang terjadi,
seperti : Depresi, Impaired Cognition (Anonim, 2010).
4.
Paracetamol
Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang
mempunyai sifat antipiretik/analgesik.
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Pemberian parasetamol 500mg untuk 3x sehari tablet bermaksud untuk mengurangi rasa pusing, dengan :
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Pemberian parasetamol 500mg untuk 3x sehari tablet bermaksud untuk mengurangi rasa pusing, dengan :
Indikasi : Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk
bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk
mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit
pada otot. Serta menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Kontra indikasi : Hipersensitifitas, kerusakan hati (pada
dosis tinggi)
Efek Samping : Mual, muntah, diare,
kerusakan hati, penggunaan pada dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati(Anonim, 2009).
5.
Antasida
Ny. X juga mengeluhkan menderita penyakit maag, sakit maag
adalah suatu kondisi medis di mana
terjadi pembengkakan, peradangan atau iritasi pada lapisan lambung. Penyakit
ini pada umumnya menyerang secara tiba-tiba dan berlangsung singkat, namun ada
kalanya juga merupakan bagian dari sebuah penyakit medis yang serius dan
berlangsung cukup lama. Penyebabnya bisa karena penderita makannya tidak
teratur, terdapat mikroorganisme yang merugikan, mengonsumsi obat-obatan tertentu,atau
sebab-sebab lainnya seperti mengonsumsi alkohol, pola tidur yang tidak teratur
dan stress. Maag juga bisa terjadi apabila si penderita telat makan, kemudian
sewaktu makan si penderita maag makan dengan porsi yang terlalu banyak. Bagi
penderita maag yang sudah parah, penyakit maag tersebut sangat berbahaya.
Pemberian obat yang tepat untuk penderita maag adalah antasida,
dimana antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap
akibat yang ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung. Secara alami
lambung memproduksi suatu asam yang disebut asam klorida yang berfungsi untuk
membantu proses pencernaan protein. Asam ini secara alami mengakibatkan kondisi
isi perut menjadi asam, yakni antara kisaran PH 2-3. Lambung, usus dan
esophagus sendiri (yang juga terdiri dari protein) dilindungi dari kerja asam
melalui beberapa mekanisme (Anonim, 2009).
Plan
Perlu
dikonsultasikan dengan dokter :
1.
Furosemid
termasuk dalam diuretik kuat sedangkan pasien masih mengalami prehipertensi
jadi lebih baik bila menggunakan terapi nonfarmakologi terlebih
dahulu dengan mengatur
pola makan dan pola hidup yang sehat. Digunakan terapi
farmakologi terlebih dahulu untuk mengatasi hipertensi karena pada pasien
lanjut usia diminimalisir penggunaan obat karena fungsi fisiologis dari pasien
lanjut usia sudah menurun. Penggunaan obat yang terlalu banyak juga dapat
menurunkan tingkat kepatuhan pasien. Dengan pola makan yang tepat seperti tidak
mengkonsumsi garam berlebih ataupun minum-minuman yang dapat menstimulasi
seperti kopi serta mengendalikan emosi dari pasien, diharapkan prehipertensi
dari pasien dapet terkontrol. Apabila prehipertensi yang diderita belum sembuh
dapat diberikan furosimid namun dosisnya diturunkan dari 40 mg menjadi 20 mg.
2.
Brainact
tetap digunakan untuk mengatasi gangguan kesadaran yang sering terjatuh
dan diminum 3 x sehari 1 kapsul setelah makan. Pada pasien lanjut usia fungsi
motoriknya telah menurun penggunaan brainact di sini digunakan untuk membantu
fungsi motoriknya. Gangguan kesadaran di pagi hari juga bisa disebabkan karena
perubahan posisi tubuh secara tiba-tiba dari posisi tidur hingga posisi bangun.
Maka perlu disarankan pada pasien kita bangun tidur untuk tidak langsung
berdiri tetapi duduk terlebih dahulu.
3.
Diazepam
tetap digunakan pada pasien agar pasien mudah tidur tetapi dosis diazepam
diturunkan dari 10 mg menjadi 2 mg yang diminum 1 tablet sebelum tidur
dan diminum apabila dibutuhkan saja.
Perlunya dosis diturunkan karen dosis Diazepam 10 mg merupakan dosis untuk
antiepilepsi maka dosis perlu diturunkan menjadi 2 mg. Obat ini digunakan jika
perlu saja, jika tidak dapat menggunakan terapi non farmakologi, seperti mandi
air hangat 30-60 menit sebelum tidur.
4.
Antasida
diberikan untuk mengatasi maag yang diderita, diminum 3
x sehari 1-2 sendok takar suspensi. Dipilih yang dalam bentuk suspensi karena
dengan bentuk suspensi kerja obat lebih cepat jika dibandingkan dengan bentuk
tablet kunyah.
(Mylanta
suspensi 360 ml)
Komposisi : Per
5 ml : Mg(OH)2 200 mg, Al(OH)3 200 mg, Simetikon 20 mg.
Indikasi : Meredakan gejala sakit maag karena asam lambung berlebih seperti
perut perih,mual.nyeri ulu hati,perut terasa asma dan keluhan lambung lainnya. Gastritis, tukak
lambung, tukak usus 12 jari, dengan gejala seperti mual, nyeri lambung.
Kontra
indikasi : Gangguan fungsi ginjal berat.
Efek
Samping : Konstipasi,
diare, mual muntah (Anonim, 2010).
5.
Perlu dipantau dengan monitoring dan
ditunjang dengan terapi non farmakologi
Perlu juga dilakukan monitoring seperti
:
–
monitoring kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat
–
monitoring tekanan darah
–
monitoring
fungsi ginjal
–
monitoring
fungsi hati
–
monitoring frekuensi tidur atau lama
tidur
–
monitoring penyakit maag
–
monitoring pusing, apakah masih
mengalami pusing atau tidak
–
monitoring
masih sering terjatuh atau tidak
I.
MONITORING
Tujuan dari monitoring disini adalah untuk
memaksimalkan efek terapi dan meminimalkan efek samping. Yang perlu
dimonitoring adalah tekanan darah, frekuensi tidur/lama tidur, fungsi
pendengaran, monitoring fungsi hati, monitoring fungsi ginjal, monitoring
kepatuhan pasien, monitoring penyakit maag, monitoring pusing, dan monitoring apakah pasien masih sering terjatuh
atau tidak.
1.
Monitoring
tekanan darah
Monitoring tekanan darah ini perlu karena apakah
setelah melakukan terapi nonfarmakologi untuk menurunkan tekanan darah Ny. X
dapat kembali normal atau tidak. Jika
setelah melakukan modifikasi pola hidup tekanan darah Ny. X dapat turun maka
tidak perlu diberikan terapi farmakologi dengan obat antihipertensi. Namun, jika ternyata masih belum
normal maka dapat dilanjutkan dengan terapi farmakologi menggunakan obat
antihipertensi yang dimulai dengan dosis terendah, yaitu Furosemid 20 mg. Monitoring dilakukan
dengan mengecek tekanan darah secara
berkala.
1.
Monitoring
frekuensi tidur atau lama tidur
Setelah pemberian obat Diazepam 2 mg yang diminum 1x sehari sebelum tidur atau apabila
dibutuhkan dimonitoring apakah Ny. X masih susah tidur atau tidak.
Serta dicari penyebab dari susah tidur yang dialami oleh Ny. X ini karena apa, dan sebisa mungkin
menghindari penyebabnya.
2.
Monitoring
fungsi hati
Pada
geriatrik umumnya terjadi penurunan fungsi hati yang terjadi secara alamiah seiring bertambahnya umur,
maka perlu dilakukan monitoring fungsi hati karena umumnya obat-obat
dimetabolisme dalam hati. Kapasitas hepar dalam memetabolisme obat tidak
berubah dengan bertambahnya umur, tetapi jelas terdapat penurunan aliran darah
yang sangat mempengaruhi kemampuan metabolisme obat. Fungsi hati pada geriatrik disini tidak rusak, hanya terjadi penurunan dalam
memetabolisme sehingga obat-obat akan dimetabolisme lebih lambat dalam hati.
3.
Monitoring
fungsi ginjal
Ginjal merupakan tempat ekskresi sebagian besar
obat, baik dalam bentuk aktif maupun hasil metabolitnya. Dengan menurunnya kapasitas fungsi
ginjal secara ilmiah karena umur, maka eliminasi sebagian obat juga akan terpengaruh.
Sementara itu juga terdapat penurunan klirens yang konsisten. Perubahan
tersebut menyebabkan obat-obat
dieliminasi lebih lambat, sehingga konsentrasi obat dalam jaringan akan
meningkat.
4.
Monitoring kepatuhan pasien
Monitoring kepatuhan ini dilakukan karena pasien sudah
lanjut usia, sering lupa ketika akan minum obat dan cenderung sesuai dengan
kehendaknya, selain
itu fungsi pendengaran pasien juga sudah berkurang maka perlu dikontrol
kepatuhannya tentang cara pemakaian obat,
apakah
sudah menaati semua pantangan atau larangan yang diinformasikan, sehingga
pengobatan dapat berjalan baik. Cara meningkatkan kepatuhan pasien salah
satunya dengan membuatkan jadwal minum obat beserta jam berapa dia harus minum pada etiket atau dibuakan jaadwal tersendiri. Selain
itu, juga dapat disarankan agar menggunakan jasa perawat untuk
memantau dan membantu Ny. X terkait terapi farmakologi maupun nonfarmakologi.
5.
Monitoring
penyakit maag
Memonitoring
asam lambung dan dicari tahu terlebih dahulu apa penyebab dari penyakit maag
ini. Kemudian juga harus diperhatikan pola makannya sudah teratur atau belum.
Karena penyakit maag yang disebabkan bisa terjadi dikarenakan pola makan yang
tidak teratur.
6.
Monitoring
pusing, serta mencari penyebabnya.
Dicari terlebih
dahulu penyebab dari pusing yang dikeluhkan. Jika penyebabnya
sudah diketahui maka yang perlu diobati adalah penyebab pusingnya tersebut. Karena pusing yang dialami bisa
disebabkan karena tekanan darah yang tinggi.
7.
Monitoring
interaksi obat dan efek samping dari obat yang di konsumsi.
Diazepam dengan
furosemid menyebabkan hipotensi dan sedatif. Untuk menghindari adanya interaksi
tersebut maka furosemid digunakan pada pagi hari untuk menghindari efeknya,
yaitu diuretik yang apabia diminum pada malam hari mungkin akan mengganggu.
Sedangkan diazepam digunakan pada malam hari.
8.
Monitoring
masih sering terjatuh atau tidak.
Karena pada
pasien lanjut usia sistem saraf motoriknya sudah menurun
karena faktor usia. Selain
itu, ketika
bangun tidur otot-ototnya masih lemas dan harus dikondisikan dulu sehingga
setelah bangun tidur jangan langsung berjalan tetapi diam sejenak di tempat
tidur. Hal ini dikarenakan terdapat hubungannya dengan hipotensi ortostik,
dimana hipotensi ortostik berhubungan dengan komplikasi Gagal Jantung Kongestif
(GJK). Penurunan curah jantung ditunjukkan pleh denyut nadi yang lemah dan frekuensi
jantung yang meningkat.
II. KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI
Yang harus di
informasikan kepada
Ny.X untuk penyakit hipertensinya, terkait terapi nonfarmakologinya adalah:
·
Mengurangi konsumsi garam
·
Istirahat yang cukup
·
Rajin mengecek tekanan darah secara
berkala
·
Kurangi makan makanan yang mengandung
lemak atau kolesterol tinggi
·
Olahraga teratur
·
Menjaga pikiran agar tidak mudah stress
Penggunaan
diazepam masih boleh dilanjutkan tetapi lebih baik diturunkan dosisnya menjadi
2 mg 1x sehari yang diminum sebelum tidur. Obat inipun diminum apabila
benar-benar dibutuhkan saja. Untuk mengatasi gangguan susah tidur ini mungkin
Ny.X bisa diberi tahu tentang terapi non farmakologi untuk susah tidur , antara
lain misalnya :
·
Berolah raga teratur. Beberapa penelitian menyebutkan
berolah raga yang teratur dapat membantu orang yang mengalami masalah dengan
tidur. Olah raga sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan bukan beberapa menit
menjelang tidur. Dengan berolah raga, kesehatan menjadi lebih optimal sehingga
tubuh dapat melawan stress yang muncul dengan lebih baik.
·
Menghindari makan
dan minum terlalu banyak menjelang tidur. Makanan yang terlalu banyak akan
menyebabkan perut menjadi tidak nyaman, sementara minum yang terlalu banyak
akan menyebabkan sering ke
belakang untuk buang air kecil. Sudah tentu kedua keadaan ini akan menganggu
kenyenyakan tidur anda.
·
Berusaha
agar dalam lingkungan yang nyaman. Saat tidur,
matikan lampu, matikan hal-hal yang
menimbulan suara, pastikan anda nyaman dengan suhu ruangan tidur anda. Jauhkan
jam meja dari pandangan anda karena benda itu dapat membuat anda cemas karena belum
dapat terlelap sementara jarum jam kian larut.
·
Kurangi mengkonsumsi minuman yang bersifat stimulan
atau yang membuat terjaga seperti teh, kopi. alkohol dan rokok. Minuman ini
akan menyebabkan anda terjaga yang tentu saja tidak anda perlukan bila anda ingin
tidur.
·
Makananlah makanan ringan yang mengandung sedikit
karbohidrat menjelang tidur.
·
Mandilah dengan air hangat 30 menit atau sejam sebelum
tidur. Mandi air hangat akan menyebabkan efek sedasi atau merangsang tidur.
Selain itu, mandi air hangat juga mengurangi ketengangan tubuh.
·
Menggunakanlah
tempat tidur anda khusus untuk tidur. Hal ini akan membantu tubuh menyesuaikan
diri dengan lingkungan tempat tidur. Saat anda berbaring di tempat tidur, maka
akan timbul rangsangan untuk tidur.
·
Melakukan aktivitas
relaksasi secara rutin. Mendengarkan musik, melatih pernafasan, meditasi dan
lain lain akan membantu memperlambat proses yang terjadi dalam tubuh sehingga
tubuh menjadi lebih santai. Keadaan ini akan mempemudah untuk tidur.
·
Mengkonsumsi
segelas susu, hangat atau dingin, dianjurkan dikonsumsi
sebelum tidur bagi mereka yang menderita insomnia. Susu mengandung kalsium yang
memberikan efek menenangkan. Susu juga mengandung triptofan, neurotransmitter
untuk membantu tidur dan merelaksasikan otot (Anonim,2012).
·
Mengkonsumsi pisang karena pisang juga
mengandung triptofan yang merupakan prekursor alami untuk serotonin. Selain
itu, pisang mengandung kalium, natrium dan magnesium yang juga memiliki efek
menenangkan (Anonim,2012).
Untuk keluhan
maag dari Ny.X sebaiknya tidak perlu diberi obat, tetapi cukup dilakukan terapi
non farmakologi, antara lain :
· Makan
secara teratur
· Hindari
makanan yang mengandung minyak terlalu banyak atau bisa juga hindari makan
makanan yang pedas-pedas.
· Menjaga
pikiran agar tidak mudah stres karena dapat memicu ekskresi asam lambung
berlebih.
Selain itu
karena Ny.X sudah tua maka biasanya beliau akan lebih pikun dan juga pada
kasusnya Ny.X tinggal sendirian karena anaknya sudah menikah dan bekerja. Kita
dapat memberi saran agar Ibu X
dapat
tinggal satu rumah dengan anaknya untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diharapkan serta
untuk lebih meningkatkan perhatian pada Ibu X agar lebih patuh dalam
mengkonsumsi obat karena mengingat jumlah obat yang tidak hanya 1 buah,
sehingga perlu perhatian khusus dan pemantauan dari anak.
I.
KESIMPULAN
·
Pengobatan pada geriatrik seharusnya
mempertimbangkan dalam pemilihan obat karena pasien lansia mengalami penurunan
fungsi farmakodinamik dan farmakokinetik.
·
Pada pasien geriatrik harus bisa
mengoptimalkan pengobatan dan meminimalkan pemakaian obat yang terlalu banyak.
·
Pengobatan pada lansia akan lebih baik
terlebih dahulu dengan terapi nonfarmakologi apabila belum sembuh bisa
dilanjutkan dengan terapi farmakologi dengan pemilihan obat yang tepat.
·
Perlu adanya pengawasan khusus bagi
pasien lansia terhadap terapi farmakologi maupun nonfarmakologi untuk
keberhasilan terapi.
ibu mertua saya mengkonsumsi furosemide sejak tahun 2006 hingga sekarang. usianya sekarang 72 tahun. memang sejak mengkonsumsi obat tersebut terasa indikasi pikun. terutama ingatan" masa lalu.
BalasHapus