Kamis, 14 Juni 2012

geriatrik


I.         DESKRIPSI KASUS
Ny X berusia 70 tahun ditemani anaknya datang ke apotek untuk menebus resep dokter dan membeli antasida karena Ny X mudah terkena maag. Ny  X terlihat kurang bisa mendengar. Dari anaknya diperoleh informasi bahwa Ny X sering pusing dan terjatuh pada pagi hari, dan dia sering susah tidur.  Ny X tinggal sendirian di rumah, anaknya sudah menikah dan sibuk bekerja. Dari anaknya diketahui TD Ny X sebesar 130/90 mmHg.
Resepnya adalah
R/ Furosemid 40 XX
                        s1dd 1 tab
R/ Brainact 500 XXX
      S 3dd1kap
R/ Diazepam 10 mg X
      s prn 1 tab
R/ Parasetamol 500mg X
      s 3dd1tab

II.      ANALISA KASUS
Metode SOAP
Subyektif : 
1.      Ny.X mudah terkena maag
2.      Umur nyonya X 70 tahun
3.      Kurang bisa mendengar
4.      Sering pusing dan terjatuh pada pagi hari
5.      Sering susah tidur
Obyektif :
1.      TD = 130/90 (prehipertensi)
Resepnya adalah
R/ Furosemid 40 XX
                        s1dd 1 tab
R/ Brainact 500 XXX
S 3dd1kap
R/ Diazepam 10 mg X
s prn 1 tab
R/ Parasetamol 500mg X
s 3dd1tab
Assesment :
Dari data subyektif dan obyektif diperoleh informasi bahwa Ny. X berumur 70 tahun yang sering megeluh menderita maag, dengan tekanan darah 130/90 mmHg, tekanan darah diperoleh dari anaknya dan pada Tekanan darah normal lansia wanita sebesar 130/74 mmHg (Toshio dkk,2003), namun perlu pemeriksaan lagi untuk memastikan tekanan darah Ny. X. Kemudian beliau  mengeluhkan sering pusing dan terjatuh pada pagi hari dan sering susah tidur. Maka oleh dokter, Ny. X diberikan obat:
1.      Furosemid
Furosemid diberikan karena Ny. X mempunyai tekanan darah tinggi yakni 130/90 mmHg. Furosemid mempunyai indikasi yakni untuk menurunkan darah/ hipertensi dengan mengurangi volume darah seluruhnya sehingga tekanan darah menurun. Diberikan dengan dosis 40mg dengan :
Indikasi             :    Edema pada jantung, paru, ginjal, pada eklamsia, dan kehamilan. Asitesis, hipertensi, hiperkalsemia, komplikasi pada kehamilan.
Kontra Indikasi : Defisiensi elektrolit, anuria, koma hepatik, kehamilan  muda, hipokalemia, terapi bersama litium.
Efek Samping    :   Rasa tidak enak di perut, hipotensi ortostatik,gangguan Gi, penglihatan kabur, pusing dan sakit kepala (Anonim, 2010).
2.      Brainact 500 XXX
Brainact (Citicoline CDP-Choline or cytidine 5' diphosphocholine) mengandung citicoline merupakan asam nukleat yang merupakan prekursor fosfatidilkolin, yaitu suatu zat gizi penting untuk integritas dan fluiditas membran sel otak. Brainact merupakan obat yang diberikan untuk mengatasi gangguan kesadaran yaitu seringnya terjatuh pada pagi hari dimana usia yang semakin bertambah mengakibatkan fungsi otak yang berkurang dan berhubungan dengan hipotensi ortotonsik sehingga pemberian brainact diberikan  dengan :
Indikasi           :      Gangguan kesadaran disebabkan oleh kerusakan sel saraf,trauma kepala,bedah otak dan infark serebral.Untuk meningkatkan rehabilitasi gangguan motorik setelah apopleksi serebral.Gangguan fungsi kognitif pada lanjut usia.
Efek Samping    :   Sakit pada perut (epigastric distress), mual, kemerahan pada kulit, sakit kepala dan pusing (Anonim, 2010).
3.      Diazepam
Pengobatan diazepam 10 mg 1 kali sehari jika perlu yang digunakan sebagai sedatif. Obat sedatif adalah jenis obat-obatan yang memberikan efek tidur dengan cara memberikan rasa tenang kepada orang yang mengkonsumsinya. Dokter memberikan obat ini bermaksud agar Ny. X dapat beristirahat dengan baik, namun dalam pemberian dosis yang diberikan terlalu besar yakni 10mg, dimana pada status epillepticus dewasa dan anak-anak di atas usia 5 tahun 10mg (Tjay hoan tan dan rahardja kirana,2007). Serta pemberian dosis yang terlalu besar akan menghasilkan efek anestesi.
Indikasi            :     untuk memperpendek atau mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang berlebihan,.Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga dapat digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. dizepam digunakan sebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain.
Kontra Indikasi  :   Hipersensitivitas, pasien koma, depresi SSP yang sudah ada sebelumnya, nyeri berat tak terkendali, glaukoma sudut sempit, kehamilan atau laktasi.
Efek Samping   : Efek samping yang sering terjadi : pusing, mengantuk. Efek samping yang jarang terjadi, seperti : Depresi, Impaired Cognition (Anonim, 2010).
4.      Paracetamol
Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik.
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Pemberian parasetamol 500mg untuk 3x sehari  tablet bermaksud untuk mengurangi rasa pusing, dengan :
Indikasi            :     Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot. Serta menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Kontra indikasi   :    Hipersensitifitas, kerusakan hati (pada dosis tinggi)
Efek Samping        :  Mual, muntah, diare, kerusakan hati, penggunaan pada dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati(Anonim,  2009).
5.      Antasida
Ny. X juga mengeluhkan menderita penyakit maag, sakit maag adalah  suatu kondisi medis di mana terjadi pembengkakan, peradangan atau iritasi pada lapisan lambung. Penyakit ini pada umumnya menyerang secara tiba-tiba dan berlangsung singkat, namun ada kalanya juga merupakan bagian dari sebuah penyakit medis yang serius dan berlangsung cukup lama. Penyebabnya bisa karena penderita makannya tidak teratur, terdapat mikroorganisme yang merugikan, mengonsumsi obat-obatan tertentu,atau sebab-sebab lainnya seperti mengonsumsi alkohol, pola tidur yang tidak teratur dan stress. Maag juga bisa terjadi apabila si penderita telat makan, kemudian sewaktu makan si penderita maag makan dengan porsi yang terlalu banyak. Bagi penderita maag yang sudah parah, penyakit maag tersebut sangat berbahaya.
Pemberian obat yang tepat untuk penderita maag adalah antasida, dimana antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap akibat yang ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung. Secara alami lambung memproduksi suatu asam yang disebut asam klorida yang berfungsi untuk membantu proses pencernaan protein. Asam ini secara alami mengakibatkan kondisi isi perut menjadi asam, yakni antara kisaran PH 2-3. Lambung, usus dan esophagus sendiri (yang juga terdiri dari protein) dilindungi dari kerja asam melalui beberapa mekanisme (Anonim, 2009).
Plan
Perlu dikonsultasikan dengan dokter :
1.      Furosemid termasuk dalam diuretik kuat sedangkan pasien masih mengalami prehipertensi jadi lebih baik bila menggunakan terapi nonfarmakologi terlebih dahulu dengan mengatur pola makan dan pola hidup yang sehat. Digunakan terapi farmakologi terlebih dahulu untuk mengatasi hipertensi karena pada pasien lanjut usia diminimalisir penggunaan obat karena fungsi fisiologis dari pasien lanjut usia sudah menurun. Penggunaan obat yang terlalu banyak juga dapat menurunkan tingkat kepatuhan pasien. Dengan pola makan yang tepat seperti tidak mengkonsumsi garam berlebih ataupun minum-minuman yang dapat menstimulasi seperti kopi serta mengendalikan emosi dari pasien, diharapkan prehipertensi dari pasien dapet terkontrol. Apabila prehipertensi yang diderita belum sembuh dapat diberikan furosimid namun dosisnya diturunkan dari 40 mg menjadi 20 mg.
2.      Brainact tetap digunakan untuk mengatasi gangguan kesadaran yang sering terjatuh dan diminum 3 x sehari 1 kapsul setelah makan. Pada pasien lanjut usia fungsi motoriknya telah menurun penggunaan brainact di sini digunakan untuk membantu fungsi motoriknya. Gangguan kesadaran di pagi hari juga bisa disebabkan karena perubahan posisi tubuh secara tiba-tiba dari posisi tidur hingga posisi bangun. Maka perlu disarankan pada pasien kita bangun tidur untuk tidak langsung berdiri tetapi duduk terlebih dahulu.
3.      Diazepam tetap digunakan pada pasien agar pasien mudah tidur tetapi dosis diazepam diturunkan dari 10 mg menjadi 2 mg yang diminum 1 tablet sebelum tidur dan diminum apabila dibutuhkan saja. Perlunya dosis diturunkan karen dosis Diazepam 10 mg merupakan dosis untuk antiepilepsi maka dosis perlu diturunkan menjadi 2 mg. Obat ini digunakan jika perlu saja, jika tidak dapat menggunakan terapi non farmakologi, seperti mandi air hangat 30-60 menit sebelum tidur.
4.      Antasida diberikan untuk mengatasi maag yang diderita, diminum 3 x sehari 1-2 sendok takar suspensi. Dipilih yang dalam bentuk suspensi karena dengan bentuk suspensi kerja obat lebih cepat jika dibandingkan dengan bentuk tablet kunyah.
(Mylanta suspensi 360 ml)
Komposisi           :    Per 5 ml : Mg(OH)2 200 mg, Al(OH)3 200 mg, Simetikon 20 mg.
Indikasi               :    Meredakan gejala sakit maag karena asam lambung berlebih seperti perut perih,mual.nyeri ulu hati,perut terasa asma dan keluhan lambung lainnya. Gastritis, tukak lambung, tukak usus 12 jari, dengan gejala seperti mual, nyeri lambung.
Kontra indikasi    :   Gangguan fungsi ginjal berat.
Efek Samping      :   Konstipasi, diare, mual muntah (Anonim, 2010).
5.      Perlu dipantau dengan monitoring dan ditunjang dengan terapi non farmakologi
Perlu juga dilakukan monitoring seperti :
        monitoring kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat
        monitoring tekanan darah
        monitoring fungsi ginjal
        monitoring fungsi hati
        monitoring frekuensi tidur atau lama tidur
        monitoring penyakit maag
        monitoring pusing, apakah masih mengalami pusing atau tidak
        monitoring masih sering terjatuh atau tidak

I.         MONITORING
Tujuan dari monitoring disini adalah untuk memaksimalkan efek terapi dan meminimalkan efek samping. Yang perlu dimonitoring adalah tekanan darah, frekuensi tidur/lama tidur, fungsi pendengaran, monitoring fungsi hati, monitoring fungsi ginjal, monitoring kepatuhan pasien, monitoring penyakit maag, monitoring pusing, dan monitoring apakah pasien masih sering terjatuh atau tidak.
1.         Monitoring tekanan darah
Monitoring tekanan darah ini perlu karena apakah setelah melakukan terapi nonfarmakologi untuk menurunkan tekanan darah Ny. X dapat kembali normal atau tidak. Jika setelah melakukan modifikasi pola hidup tekanan darah Ny. X dapat turun maka tidak perlu diberikan terapi farmakologi dengan obat antihipertensi. Namun, jika ternyata masih belum normal maka dapat dilanjutkan dengan terapi farmakologi menggunakan obat antihipertensi yang dimulai dengan dosis terendah, yaitu Furosemid 20 mg. Monitoring dilakukan dengan mengecek tekanan darah secara  berkala.
1.         Monitoring frekuensi tidur atau lama tidur
Setelah pemberian obat Diazepam 2 mg yang diminum 1x sehari sebelum tidur atau apabila dibutuhkan dimonitoring apakah Ny. X masih susah tidur atau tidak. Serta dicari penyebab dari susah tidur yang dialami oleh Ny. X ini karena apa, dan sebisa mungkin menghindari penyebabnya.
2.         Monitoring fungsi hati
Pada geriatrik umumnya terjadi penurunan fungsi hati yang terjadi secara alamiah seiring bertambahnya umur, maka perlu dilakukan monitoring fungsi hati karena umumnya obat-obat dimetabolisme dalam hati. Kapasitas hepar dalam memetabolisme obat tidak berubah dengan bertambahnya umur, tetapi jelas terdapat penurunan aliran darah yang sangat mempengaruhi kemampuan metabolisme obat. Fungsi hati pada geriatrik disini tidak rusak, hanya terjadi penurunan dalam memetabolisme sehingga obat-obat akan dimetabolisme lebih lambat dalam hati.
3.         Monitoring fungsi ginjal
Ginjal merupakan tempat ekskresi sebagian besar obat, baik dalam bentuk aktif maupun hasil metabolitnya. Dengan menurunnya kapasitas fungsi ginjal secara ilmiah karena umur, maka eliminasi sebagian obat juga akan terpengaruh. Sementara itu juga terdapat penurunan klirens yang konsisten. Perubahan tersebut menyebabkan obat-obat dieliminasi lebih lambat, sehingga konsentrasi obat dalam jaringan akan meningkat.
4.         Monitoring kepatuhan pasien
Monitoring kepatuhan ini dilakukan karena pasien sudah lanjut usia, sering lupa ketika akan minum obat dan cenderung sesuai dengan kehendaknya, selain itu fungsi pendengaran pasien juga sudah berkurang maka perlu dikontrol kepatuhannya tentang cara pemakaian obat, apakah sudah menaati semua pantangan atau larangan yang diinformasikan, sehingga pengobatan dapat berjalan baik. Cara meningkatkan kepatuhan pasien salah satunya dengan membuatkan jadwal minum obat beserta jam berapa dia harus minum pada etiket atau dibuakan jaadwal tersendiri. Selain itu, juga dapat disarankan agar menggunakan jasa perawat untuk memantau dan membantu Ny. X terkait terapi farmakologi maupun nonfarmakologi.
5.         Monitoring penyakit maag
Memonitoring asam lambung dan dicari tahu terlebih dahulu apa penyebab dari penyakit maag ini. Kemudian juga harus diperhatikan pola makannya sudah teratur atau belum. Karena penyakit maag yang disebabkan bisa terjadi dikarenakan pola makan yang tidak teratur.
6.         Monitoring pusing, serta mencari penyebabnya.
Dicari terlebih dahulu penyebab dari pusing yang dikeluhkan. Jika penyebabnya sudah diketahui maka yang perlu diobati adalah penyebab pusingnya tersebut. Karena pusing yang dialami bisa disebabkan karena tekanan darah yang tinggi.
7.         Monitoring interaksi obat dan efek samping dari obat yang di konsumsi.
Diazepam dengan furosemid menyebabkan hipotensi dan sedatif. Untuk menghindari adanya interaksi tersebut maka furosemid digunakan pada pagi hari untuk menghindari efeknya, yaitu diuretik yang apabia diminum pada malam hari mungkin akan mengganggu. Sedangkan diazepam digunakan pada malam hari.
8.         Monitoring masih sering terjatuh atau tidak.
Karena pada pasien lanjut usia sistem saraf motoriknya sudah menurun karena faktor usia. Selain itu, ketika bangun tidur otot-ototnya masih lemas dan harus dikondisikan dulu sehingga setelah bangun tidur jangan langsung berjalan tetapi diam sejenak di tempat tidur. Hal ini dikarenakan terdapat hubungannya dengan hipotensi ortostik, dimana hipotensi ortostik berhubungan dengan komplikasi Gagal Jantung Kongestif (GJK). Penurunan curah jantung ditunjukkan pleh denyut nadi yang lemah dan frekuensi jantung yang meningkat.

II.         KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI
Yang harus di informasikan  kepada Ny.X untuk penyakit hipertensinya, terkait terapi nonfarmakologinya adalah:
·         Mengurangi  konsumsi garam
·         Istirahat yang cukup
·         Rajin mengecek tekanan darah secara berkala
·         Kurangi makan makanan yang mengandung lemak atau kolesterol tinggi
·         Olahraga teratur
·         Menjaga pikiran agar tidak mudah stress
Penggunaan diazepam masih boleh dilanjutkan tetapi lebih baik diturunkan dosisnya menjadi 2 mg 1x sehari yang diminum sebelum tidur. Obat inipun diminum apabila benar-benar dibutuhkan saja. Untuk mengatasi gangguan susah tidur ini mungkin Ny.X bisa diberi tahu tentang terapi non farmakologi untuk susah tidur , antara lain misalnya :  
·         Berolah raga teratur. Beberapa penelitian menyebutkan berolah raga yang teratur dapat membantu orang yang mengalami masalah dengan tidur. Olah raga sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan bukan beberapa menit menjelang tidur. Dengan berolah raga, kesehatan menjadi lebih optimal sehingga tubuh dapat melawan stress yang muncul dengan lebih baik.
·         Menghindari makan dan minum terlalu banyak menjelang tidur. Makanan yang terlalu banyak akan menyebabkan perut menjadi tidak nyaman, sementara minum yang terlalu banyak akan menyebabkan sering ke belakang untuk buang air kecil. Sudah tentu kedua keadaan ini akan menganggu kenyenyakan tidur anda.
·         Berusaha agar  dalam lingkungan yang nyaman. Saat tidur, matikan lampu, matikan hal-hal yang menimbulan suara, pastikan anda nyaman dengan suhu ruangan tidur anda. Jauhkan jam meja dari pandangan anda karena benda itu dapat membuat anda cemas karena belum dapat terlelap sementara jarum jam kian larut.
·         Kurangi mengkonsumsi minuman yang bersifat stimulan atau yang membuat terjaga seperti teh, kopi. alkohol dan rokok. Minuman ini akan menyebabkan anda terjaga yang tentu saja tidak anda perlukan bila anda ingin tidur.
·         Makananlah makanan ringan yang mengandung sedikit karbohidrat menjelang tidur.
·         Mandilah dengan air hangat 30 menit atau sejam sebelum tidur. Mandi air hangat akan menyebabkan efek sedasi atau merangsang tidur. Selain itu, mandi air hangat juga mengurangi ketengangan tubuh.
·         Menggunakanlah tempat tidur anda khusus untuk tidur. Hal ini akan membantu tubuh menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tidur. Saat anda berbaring di tempat tidur, maka akan timbul rangsangan untuk tidur.
·         Melakukan aktivitas relaksasi secara rutin. Mendengarkan musik, melatih pernafasan, meditasi dan lain lain akan membantu memperlambat proses yang terjadi dalam tubuh sehingga tubuh menjadi lebih santai. Keadaan ini akan mempemudah untuk tidur.
·         Mengkonsumsi segelas susu, hangat atau dingin, dianjurkan dikonsumsi sebelum tidur bagi mereka yang menderita insomnia. Susu mengandung kalsium yang memberikan efek menenangkan. Susu juga mengandung triptofan, neurotransmitter untuk membantu tidur dan merelaksasikan otot (Anonim,2012).
·         Mengkonsumsi pisang karena pisang juga mengandung triptofan yang merupakan prekursor alami untuk serotonin. Selain itu, pisang mengandung kalium, natrium dan magnesium yang juga memiliki efek menenangkan (Anonim,2012).
Untuk keluhan maag dari Ny.X sebaiknya tidak perlu diberi obat, tetapi cukup dilakukan terapi non farmakologi, antara lain :
·      Makan secara teratur
·      Hindari makanan yang mengandung minyak terlalu banyak atau bisa juga hindari makan makanan yang pedas-pedas.
·      Menjaga pikiran agar tidak mudah stres karena dapat memicu ekskresi asam lambung berlebih.
Selain itu karena Ny.X sudah tua maka biasanya beliau akan lebih pikun dan juga pada kasusnya Ny.X tinggal sendirian karena anaknya sudah menikah dan bekerja. Kita dapat memberi saran agar Ibu X dapat tinggal satu rumah  dengan anaknya untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diharapkan serta untuk lebih meningkatkan perhatian pada Ibu X agar lebih patuh dalam mengkonsumsi obat karena mengingat jumlah obat yang tidak hanya 1 buah, sehingga perlu perhatian khusus dan pemantauan dari anak.
I.           KESIMPULAN
·         Pengobatan pada geriatrik seharusnya mempertimbangkan dalam pemilihan obat karena pasien lansia mengalami penurunan fungsi farmakodinamik dan farmakokinetik.
·         Pada pasien geriatrik harus bisa mengoptimalkan pengobatan dan meminimalkan pemakaian obat yang terlalu banyak.
·         Pengobatan pada lansia akan lebih baik terlebih dahulu dengan terapi nonfarmakologi apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan terapi farmakologi dengan pemilihan obat yang tepat.
·         Perlu adanya pengawasan khusus bagi pasien lansia terhadap terapi farmakologi maupun nonfarmakologi untuk keberhasilan terapi.

1 komentar:

  1. ibu mertua saya mengkonsumsi furosemide sejak tahun 2006 hingga sekarang. usianya sekarang 72 tahun. memang sejak mengkonsumsi obat tersebut terasa indikasi pikun. terutama ingatan" masa lalu.

    BalasHapus