A.
KASUS
Seorang teman menanyakan terkait
data lab yang diterima ayahnya (bapak X) berusia 50 th. Beliau biasa minum
vitamin c untuk menjaga kesehatannya. Beliau juga suka makan emping ataupun
jeroan walaupun tidak tiap hari. Bapak x sudah 3 bulan ini mengalami DM dan
rutin menggunakan Daonil 5mg 1dd 1tablet. Beliau juga sudah setahun mengalami
hipertensi dengan obat HCT 25mg 1dd1 dan kaptopril 25mg 3dd 1tablet. Hasil data
lab beliau:
TD : HT stage I
kadar glukosa sewaktu : masih relatif tinggi
GFR : 75ml/ menit/ 1,73 m2
kadar serum kreatinin : cukup tinggi
B.
PEMBAHASAN
Pada kasus ini telah diketahui bahwa
bahwa bapak X yang berusia 50 tahun, beliau memiliki penyakit hipertensi selama
1 tahun, kemudian 3 bulan belakangan ini ia dinyatakan terkena Diabetes
Mellitus. Selain itu keseharian bapak X
tersebut biasa minum vitamin C tablet untuk menjaga kondisi kesehatannya, lalu
beliau suka makan jeroan dan emping walaupun tidak setiap hari. Untuk
pengobatan DM nya bapak X ini rutin menggunakan Daonil 5mg sekali sehari, lalu
untuk pengobatan hipertensinya diberikan obat HCT 25mg sekali sehari dan
kaptopril 25 mg sebanyak 3 kali sehari.
Menurut hasil lab beliau , tekanan darahnya
menunjukkan HT stage 1 , kemudian kadar glukosa sewaktu masih relative tinggi,
lalu hasil lab GFR nya adalah 75 ml/menit/1,73 m2. Untuk kadarkreatininnya
cukup tinggi.
Dalam kasus ini diketahui bahwa bapak
ini memiliki penyakit hipertensi dan Dm yang keduanya dapat saling
mempengaruhi, obat yang digunakan untuk mengobatinya adalah hct dan kaptopril,
sebagaimana diketahui bahwa obat HCT adalah diuretic yang merupakan factor
resiko pada DM . dari kasus tersebut juga bapak tersebut telah setahun hipertensi
dan kedua obat yang ia konsumsi tidak memberikan kesembuhan , malahan 3 bulan
belakangan malah terkena DM, hal ini bisa saja karena factor pemakaian obat
hipertensinya yang salah, lalu gaya hidup bapak tersebut yang mungkin kurang
sehat, lalu bisa juga karena pemakaian diuretic yang dapat menimbulkan diabetes
mellitus. Obat HCT disini merupakan salah satu obat diuretic, penggunaan hct
jangka panjang bisa menyebabkan hypokalemia (turunnya kadar kalium dalam
darah). Jadi untuk mengurangi efek penyakit DM nya dapat dengan menghentikan
pemakaian HCT untuk mengurangi factor resiko DM.
Lalu dari hasil lab yang ada, diketahui
bahwa GFR nya adalah 75 ml/menit/ 1,73 m2, disini diketahui GFR normalnya
adalah 90 ml/menit/1,73 m2. Jadi data lab bapak tersebut termasuk mild , ada
kemungkinan bahwa bapak tersebut memiliki gangguan ginjal ringan, selain itu
mild menunjukkan bahwa adanya penurunan fungsi ginjal, GFR menurun dapat
terjadi akibat dehidrasi, dan penggunaan diuretic (HCT). Apabila GFR menurun
maka yang terjadi adalah darah yang melewati glomerulus berkurang sehingga
cairan yang dikeluarkan banyak.
Untuk rencana pengobatan bapak ini,
disarankan untuk penggunaan kaptoprilnya dikurangi, lalu pemakaian Vitamin C
tidak boleh berlebih bisa juga diganti dengan buah yang mengandung vitamin C ,
karena penggunaan vitamin C yang tidak alami kurang baik untuk kesehatan,lalu
penggunaan vitamin C berlebih nantinya akan diekskresikan dalam bentuk Ca-Oalat
jika mengendap di ginjal akan terjadi penyumbatan dan mengganggu kerja ginjal.
konsumsi jeroan, dan emping melinjo lebih baik dikurangi sedikit demi sedikit
karena apabila berlebih dapat berefek asam urat, apalagi bapak tersebut
kemungkinan memiliki gangguan ginjal yang dapat berpengaruh terhadap penyakit
asam urat juga. Pemakaian Daonil tetap
dilanjutkan untuk terapi DM nya , walaupun Daonil memiliki efek samping
hipertensi namun efek tersebut belum tentu terjadi pada semua orang yang
mengkonsumsinya.
Saran untuk pasien ini adalah melakukan
diet ringan, yaitu
-mengurangi penggunaan Vit C dapat
diganti dengan vitamin C dari buah atau sayur
-mengurangi konsumsi jeroan
Dari diet ringan tersebut diharapkan
nantinya gula darah bapak tersebut akan lebih stabil, lalu pada pasien tersebut
terus dilakukan monitoring terapi terhadap hipertensinya,dipantau pemakaian
obatnya,agar rutin dan tidak dihentikan secara tiba-tiba namun dikurangi
sedikit demi sedikit bila hipertensinya sudah mulai berkurang.
Pada praktikum ini dilakukan pula
dokumentasi penyakit pasien. Metode yang
digunakan ialah metode FARM. Metode
FARM terdiri dari finding, assessment,
resolution, dan monitoring. Setiap bagian tersebut memiliki fungsi dan kegunaan
yang berbeda-beda, antara lain adalah : finding
berfungsi mengidentifikasi problem, khususnya DRP , kemudian disusun secara
urut dan terpisah. Semua penemuan
problem harus didokumentasikan, baik yang aktual atau potensial . Informasi
yang didokumentasikan haruslah informasi yang terkait dan diperlukan
termasuk data subyektif dan obyektif
yang tekait dengan DRP. Assessment berisi evaluasi farmasis.
Bagian ini perlu menunjukkan urgensi suatu problem. Resolution berisi tindakan yang diusulkan untuk mengatasi DRP
(kepada dokter, pasien, atau caregiver).
Rekomendasi bisa berupa terapi non-farmakologi atau terapi farmakologi , jika
terapi obat, maka harus dinyatakan dengan spesifik cara pemberiannya: nama
obat, dosis, rute, waktu, durasi. Perlu
juga menyatakan alasan pemilihan regimen obat tersebut . Perlu diberikan
juga terapi alternatif. Jika merekomendasikan konseling, maka isi konseling
perlu dinyatakan. Sedangkan monitoring perlu
dilakukan dalam semangat pharmaceutical care karena pasien tidak boleh
dibiarkan begitu saja setelah dilakukan intervensi. Hal ini dilakukan meliputi
: bertanya pada pasien, mendapatkan data lab, memantau kondisi fisik pasien.
Parameter pemantauan harus jelas terhadap outcome terapi maupn ADR. Metode ini
jarang digunakan jika dibandingkan dengan metode SOAP. Namun, pada dasarnya kedua metode tersebut adalah sama, hanya
saja menggunakan istilah yang berbeda. Kelebihan dari metode FARM adalah pada bagian findings problem diidentifikasi secara
urut dan terpisah,serta adanya outcome terapi yang ingin dicapai pada bagian assessment, selain itu ada pemisahan
bagian antara resolution dan monitoring, dimana hal tersebut tidak
terjadi pada metode SOAP, sehingga
pembahasan tiap bagian tersebut dapat terfokus.
Ginjal merupakan peran penting dalam fungsi tubuh,
tidak hanya untuk menyaring darah dan membuang produk-produk sampah, tetapi
juga menyeimbangkan kadar elektrolit tubuh, mengendalikan tekanan darah dan menstimulasi
produksi sel darah merah. Ginjal terletak di dalam perut di bagian belakang,
normalnya satu di setiap samping tulang belakang. Mereka mendapatkan suplai
darah melalui arteri renalis secara langsung dari aorta dan mengirimkan darah kembali ke jantung melalui vena renalis ke
vena cava. (istilah “renal” berasal dari nama latin untuk ginjal.). Ginjal
mempunyai kemampuan untuk memonitor jumlah cairan tubuh, konsentrasi elektrolit
seperti natrium dan kalium, dan keseimbangan asam basa tubuh. Mereka menyaring
produk-produk sampah metabolisme tubuh, seperti urea dari metabolisme protein dan
asam urat dari pemecahan DNA. Dua produk sampah di dalam darah dapat diukur :
blood urea nitrogen (BUN) dan creatinin (Cr). Ketika darah mengalir ke ginjal,
sensor di dalam ginjal memutuskan berapa banyak air yang akan dikeluarkan
sebagai urin, bersama dengan konsentrasi elektrolit.
Dari
kasus tersebut terdapat beberapa penyebab adanya gangguan ginjal pada bapak X
diantaranya yaitu hipertensi dan DM selain adanya penyakit tersebut gangguan
ginjal juga disebabkan oleh pengguanaan obat-obat yang telah dikonsumsi serta
makanan yang sering dikonsumsi oleh bapak X selama ini. Sehingga dari data lab
yang diperoleh untuk menyatakan adanya gangguan ginjal pada bapak X yaitu tekanan darah, kadar glukosa, GFR, dan kadar serum kreatinin.
Menurut International Diabetes
Federation (IDF), DM adalah penyakit kronis yang digambarkan sebagai keadaan
kadar glukosa darah yang meningkat (hiperglikemia) yang berhubungan dengan
kematian. Penyakit ini muncul ketika sel-sel beta di pankreas gagal
menghasilkan hormon insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang dihasilkan secara efektif. Seseorang dapat dikatakan DM bila
didiagnosis dengan kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa yaitu
kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena)
≥ 200 mg/dl,
kadar glukosa darah puasa (plasma vena)
≥ 126 mg/dl, kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban
glukosa 75 gram pada Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
Hipoglikemia merupakan komplikasi potensial. Keadaan ini merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes yang menjalani terapi
insulin dan terkadang pada mereka yang menjalani terapi sulfonilurea.
Gejala-gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat,
gemetar, sakit kepala, dan palpitasi), juga akibat kekurangan glukosa dalam
otak (tingkah laku yang aneh, sensorium yang tumpul, dan koma). Serangan
hipoglikemia sangat berbahaya dan apabila sering terjadi dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen atau bahkan kematian.
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar
glukosa darah di bawah 60 mg/dl. Kadar glukosa yang terlalu rendah menyebabkan
sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi
bahkan dapat menjadi rusak.
Komplikasi pada ginjal bukan akibat
kebanyakan obat melainkan karena kontrol kadar gula darah yang buruk. Kerusakan
ginjal timbul karena kadar glukosa darah yang tinggi umumnya di atas 200 mg/dl
dan tekanan darah tinggi. Bila terjadi kerusakan ginjal yaitu pembuluh kapiler
ginjal rusak/ bocor maka protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor
keluar dan terdapat di dalam urine.
Dibandingkan dengan ginjal orang normal,
diabetes memiliki kecenderungan tujuh belas kali lebih mudah mengalami gangguan
fungsi ginjal. Hal ini disebabkan oleh faktor infeksi yang sering timbul pada
penderita diabetes dan faktor penyempitan pembuluh darah kapiler di dalam
ginjal.
Dalam kasus ini, obat yang
digunakan untuk mengobati DM adalah Daonil yang mengandung Glibenclamid yang
merupakan golongan Sulfonilurea.
Glibenclamid adalah obat hipoglikemik turunan sulfonilurea yang beraksi
menstimulasi pembebasan insulin dari sel beta pada pulau langerhans pancreas,
penurunan level glukagon serum, dan meningkatkan ikatan insulin dengan sel
target (Coppack, 1990). Sulfonilurea meningkatkan resiko hipoglikemik, tetapi
efek samping ini tidak dominan dibandingkan metformin atau alpha-glucosidase
inhibitors (Drexler & Robertson, 2001). Dosis permulaan utnuk Daonil adalah
1x sehari 2,5- mg, bila perlu dinaikkan setiap minggu sampai maksimal 2x sehari
10 mg. Untuk aturan pakainya adalah 1x sehari 1 tablet 5mg.
Dari hasil diskusi yang telah
dilakukan diperoleh hasil bahwa kasus hipertensi yang dialami oleh bapak X
merupakan hipertensi stage 1 karena berdasarkan dengan hasil tes lab yang telah
dilakukanya. Beliau mengalami hipertensi selama 1 tahun yang lalu dan obat yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darahnya adalah HCT 25 mg 1dd 1 dan
kaptropil 25 mg 3dd 1tablet. . Selain itu bapak X mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi vitamin c untuk menjaga kesehatanya dan beliau juga suka makan
emping dan jeroan walaupun tidak setiap hari.Oleh karena itu perlu penanganan
yang tepat untuk mengatasi hipertensi
tersebut. Dalam penanganan kasus tersebut diperlukan pemahaman tentang obat-
obat tersebut, yang pertama adalah penggunaan kombinasi 2 obat anti hipertensi
secara bersamaan dan jumlah pemakaian yang relatif banyak dapat dimungkinkan
bahwa pasien akan mengalami drop (tekanan darah turun derastis) oleh karena itu
penggunaan kaptropil harus diturunkan dan disesuiakan dengan pasien yang
mengalami hipertensi dan diabetes. Selain itu itu penggunaan HCT sebagai anti
hipertensi harus dihentikan karena pemakaian HCT dalam jangka waktu yang
relatif panjang dapat menyebabkan hipokalemia atau kekurangan kalium yang
nantinya akan berefek pada tekanan darah pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar